oranment
play icon
Air Mata Teman Tidurku
Cerpen
Kutipan Cerpen Air Mata Teman Tidurku
Karya hikmahmutmainah
Baca selengkapnya di Penakota.id

   Aku berjalan di pinggir pantai sambil menikmati indahnya senja. Tanpa kusadari hari semakin gelap, terlihat orang-orang mulai meninggalkan gerbang keluar. Suasana yang awal mulanya ramai seketika menjadi sunyi tanpa kehidupan, hanya saja terdengar suara angin dan hembusan ombak besar yang bergulung-gulung. Dalam keheningan terdengar nada dering ponsel dari tas gendongku, terlihat nama "Ayah" di layar depan ponsel. Sudah kuduga, Ayah memintaku untuk segera pulang. Kini hari telah menjadi gelap, senja pun perlahan menghilang dari Langit Barat dan suara adzan mulai berkumandang di Penjuru Dunia, menandakan telah tiba waktu Shalat Maghrib. Aku pun bergegas pergi ke masjid yang ada di dekat pantai. Setelah selesai shalat, aku bersiap-siap untuk pulang.

   Sesampainya di rumah, aku dikejutkan suara teriakan dari dalan rumah dan kulihat ternyata orang tuaku sedang bertengkar. Hari-hariku menjadi buruk setelah kejadian itu. Yah, sebenarnya tidak juga. Tidak semua orang. Hanya saja, sedikit trauma dan membuatku terdiam seribu kata. Aku mendesah lalu mengambil sebotol air mineral diatas meja sebelah kananku. Satu Minggu tlah berlalu dan orang tuaku masih sama bertengkar sehabis kerja. Mungkin, dipikiran mereka hanya ada kata "bertengkar" celetohku dalam hati. Hal ini membuatku semakin stres mendengar pertengkaran mereka setiap harinya setelah senja pergi. Setiap tidurku ditemani dengan air mata kesedihan bukan kebahagiaan.


*******


Libur sekolah telah tiba, kuputuskan untuk mengikuti Les Belajar Piano yang tak jauh dari Desa tempat tinggalku untuk mengisi liburan semester ini, hanya saja aku harus menginap ditempat Les selama satu bulan. Dengan memberanikan diri meminta izin kepada orang tua walau ku tahu keduanya dengan suasana buruk. Dan akhirnya, merekapun mengizinkanku untuk mengikuti les tersebut. Sejenak pikiranku menjadi tenang.

   Keesokan harinya aku berangkat menuju tempat les tersebut, ditemani dengan sopir pribadiku. Yah, begitulah, Orang tuaku terlalu sibuk akan pekerjaannya sampai-sampai tak ada sedikitpun waktu untukku. Perjalanan yang tidak begitu jauh membuatku dengan cepat sampai tujuan. Sesampainya disana, dengan penuh semangat aku berlari-lari kecil menaiki anak tangga di depan gedung. Satu menit kemudian aku sudah berdiri didepan pintu bercat putih di lantai tiga dan tangan yang terangkat menekan bel. Pintu baru dibuka setelah aku menekan bel untuk kedua kalinya.

"Hai" sapa dari seseorang dibalik pintu.

"Hallo" sahutku ringkas dengan tersenyum. Akupun mulai memasuki ruang.

   Namaku Aqeila, biasa dipanggil Aqil, seorang pelajar yang duduk di bangku kelas VII B di SMPN 02 SIDODADI. Karna aku anggota baru lesku akan dimulai besok. Pagi hari yang sangat cerah dengan gemuruhnya kicauan burung. Dengan penuh semangat aku melangkah ke suatu ruang dimana anggota yang lain sudah bersiap mendengarkan arahan dari Coach Dika. Setelah selesai, mulailah aku duduk menghadap piano dan menetapkan jari-jari diatas tuts, memainkan nada ringan. Lalu tiba-tiba saja aku menghentikan permainan. Karena teringat akan pertengkaran Orang tuaku. Aku kembali memberengut ke arah tuts piano dan sudah tenggelam dalam duniaku sendiri.

      "Hai, salam kenal" panggil dari salah seorang disampingku sambil melambaikan tangan.

  "Hallo, salam kenal juga" sahutku dengan tersenyum

  "Namanya siapa?"

  "Aqeila, kamu?"

  "Namaku Ria. Dari tadi aku perhatiin kamu diam aja, kenapa?"

  "Kapan aku diam? Enggak, dari tadi aku main piano." Bantahku dengan nada sedikit tinggi

Tiba-tiba.....

      "Hey kalian! Malah asyik ngobrol" tegas Coach Dika yang dari tadi memperhatikan kami mengobrol. "Coba saya mau lihat kalian memainkan piano, dimulai dari kamu" tangan terangkat sambil menunjuk ke arahku.

      "Aku Coach"

      "Iya kamu"

Mulailah aku menghadap piano dan menetapkan jari-jari diatas tuts, memainkan nada ringan. 

       "Ok.. tidak terlalu buruk, sekarang giliranmu"

Ria pun sama, sedikit memainkan nada ringan yang tidak terlalu lama

       "Ok.. tidak terlalu buruk juga, kalian berdua terus tingkatkan lagi latihannya jangan ngobrol terus"

       "Siap Coach." Serentak kami menjawab dengan sedikit tersenyum.

       Latihan demi latihan telah dilakukan dengan penuh semangat. Waktu yang berlalu begitu sangat cepat tanpa disadari. Terdengar suara bel yang menandakan jam istirahat telah tiba.

      "Kring! Kring! Kring!"

      "Wah. Bel istirahat sudah bunyi tuh, pergi keluar yuk Ria"

      "Mau ngapain?"

      "Yaa.. Beli makanan, masa mau nyari cowok kan enggak mungkin"

      "Hahaha. Iya juga ya, ya udah yuk pergi sebentar aku mau ambil uang di tas dulu"

      "Oke!"

  Langkah kaki kian berjalan menyusuri anak tangga dengan penuh bahagia seketika hilang rasa lapar dan dahaga. Mulai terdengar deru mesin yang berlalu kesana-kemari dengan ramai lancar dipenuhi gedung-gedung yang berdiri tegak di sepanjang jalan.

  "Wahh.. ramai sekali" takjub Ria

      "Iya ihh.. dimana kita bisa menemukan tempat yang menjual makanan di keramaian seperti ini"

      "Coba aja kita tanya aja ke masyarakat yang ada disini?"

      "Bisa-bisa"

      Terlihat seorang pria berpakaian kaos dengan celana jeans yang sibuk dengan handphone nya berjalan didepan kami

      "Permisi mas?"

 Pria tersebut menoleh dengan tatapan sinis

      "Iya?"

 Melihat itu kami merasa takut dengan tatapan nya itu

       "Di-disini tempat yang menjual makanan dimana ya? 

       "Oh itu.. kalian tinggal jalan lurus nanti ada pertigaan belok kanan. Nah, kalau kalian sudah lihat toko baju dikiri jalan di depannya itu ada yang jual makanan"

      "Siap-siap, terimakasih mas" jawab kami serentak

      "Sepertinya kalian bukan asli orang sini ya?" Tanya pria tersebut

      "Iya mas" jawabku

      "Terus kalian ngapain ada disini"

      "Kami disini mengikuti les piano yang ada di gedung ini" sambil mengangkat tangan dan menunjuk ke arah gedung di depannya

      Setelah selesai berbincang-bincang dengan pria itu, kami langsung mengikuti arahan yang ditujukan nya tadi. Tak lama kami berjalan terlihat sudah toko baju di sebrang jalan yang pria tersebut katakan.

      "Aqiel! Itu gedung yang dibilang pria tadi kan? 

      "Iya itu! Tadi pria itu bilang di depan toko itu ada toko makanan? tapi di mananya?" Tanyaku dengan bingung

      "Itu kali!" Sambil menunjuk ke toko yang berada di samping toko baju tersebut.

      "Ehh.. iya, ayok kita menyebrangi jalan ini?"

      "Ayok!"

Kami pun menyebrangi jalan dan disitu aku melihat Ayah berjalan dengan seorang perempuan. Dalam hati aku bertanya-tanya 'siapa perempuan itu?'.

Pikiran negatif mulai merasuki otakku. Aku menggeleng kuat-kuat, tidak mungkin. Ayah tidak akan melakukan hal itu, ia tidak seperti itu. Sontak aku berteriak memanggil Ayah.

    "Ayah?" Tidak ada jawaban

    "Ayah?" panggil ke dua kalinya, kali ini sedikit lebih keras.

Tetap tidak ada reaksi

     "Ayah!" panggilku berteriak

Kali ini Ayah mendengar panggilanku dan menoleh dengan terperangah.

     "A-Aqeila! kamu disini Nak?" tanya Ayah dengan tersenyum miris

     "Iya Yah. Itu siapa Yah? kok jalan berdua sama Ayah?" dengan memicingkan mata

     "Ini sekretaris pribadi Ayah di kantor" 

     Ayah hanya menjawab satu pertanyaanku tidak dengan pertanyaan yang satunya. Hal ini manaruh rasa curigaku terhadap Ayah. 

  "Oh.. tapi Yah~" belum sempat meneruskan Ayah menyelang ucapanku dengan pertanyaan

  "Nak? kamu disini mau ngapain?"

  "Mau beli makanan, tadi selepas les perutku terasa lapar"

  "Terus, itu yang di sampingmu siapa?

  "Ini Ria, teman di tempat lesku. Ya, baru kenalan tadi pagi tapi sudah seperti teman dekat aja" 

  "Salam Om, saya Ria" Ayah tak menghiraukan

  "Ya sudah, ayo beli makanan. Ayah yang traktir kali ini"

    "Beneran Yah?"

    "Iya!"

    Kami semuanya pun memasuki toko makanan. Di dalamnya terdapat ramai pengunjung sampai-sampai untuk tempat duduk saja tidak ada. Tak lama setelah melihat-lihat ruangan ini terlihat satu keluarga yang hendak meninggalkan toko dan kami berlalu mendekati kursi untuk di duduki.

    "Aqeil?"

    "Iya, kenapa Ria? 

    "Sepertinya ada yang aneh dari Ayahmu" 

    "Aneh gimana maksudmu?" 

    "Yaa aneh aja. Coba deh kamu perhatiin Ayah kamu dengan sekretaris nya? dari tadi tingkah laku mereka agaknya seperti orang berpacaran"

    "Iya ya. Aku pun menaruh rasa curiga dengan Ayahku. Soalnya sebelum aku mengikuti les piano ini, setiap kali Ayah pulang kerja Ibuku bertengkar dengannya. Entah apa yang mereka permasalahkan aku tidak tau. Bahkan, aku yang di lantai dua dapat mendengar suara-suara bentakan dan teriakan kedua orang tuaku dengan sangat jelas. Bentakan itu, isak tangis itu, bagai cambuk yang terus menerus menyiksa diriku. Aku terus meneteskan air mata, keringat dingin bercucuran di sekitar pelipisku. Aku berusaha mengerjapkan mata berkali-kali tetap saja aku tidak bisa tidur teringat akan pertengkaran mereka" jelasku kepada Ria dengan air mata yang menggenang.

    "Yang sabar ya Aqeil, kamu pasti bisa menghadapi semua ini" prihatin Ria terhadap ku dan aku hanya membalas dengan senyuman miris.



bersambung~~~

calendar
19 Jan 2021 14:17
view
108
wisataliterasi
Sinar Pasemah, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Indonesia
idle liked
5 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig