Saya ingin sedikit cerita betapa saya sangat menginginkan persatuan dalam perbedaan dalam bentuk apapun.

Semua cerita ini berawal dari pengalaman hidup saya sendiri, dimana Tuhan mentakdirkan kedua orang tua saya bercerai. Mereka bercerai saat saya berumur tiga tahun dan hak asuh saya jatuh kepada ibu saya. Saya hidup bersama ibu saya tanpa pernah mendengar sendiri kenapa mereka berpisah. Seiring berjalannya waktu ada kakak dari ibu saya selalu menceritakan sifat burukan tentang bapak saya, dari situ saya mulai membenci bapak saya sendiri.

Sampai suatu hari saat saya duduk dikelas dua SMP bapak saya datang ke sekolah menjemput saya, yang bahkan itu pertama kali saya melihat wajah bapak saya. Lalu dia mengajak saya untuk ikut kerumahnya dan dia sudah mempunyai keluarga baru. Kebencian saya terhadap bapak saya semakin memuncak karena melihat keluarga bapak saya begitu harmonis yang seharusnya keharmonisan itu adalah milik saya.

Saya mulai sering datang kerumah bapak saya dan saling mengenal satu sama lain, dan ternyata bapak saya itu orang baik. Dari situ saya berpikir kenapa saya bisa membenci seseorang hanya karena saya belum kenal dekat ?

Hal ini yang membuat saya menjadi menginginkan ibu dan bapak saya bersatu kembali, tapi disisi lain mereka sudah berbeda ibu saya memilih menjanda sedangkan bapak saya sudah berkeluarga.

Lalu saya mencoba menerapkan pola hidup berdamai dengan perbedaan dalam cita-cita persatuan. Hingga suatu ketika saya mempunyai teman sekelas yang berbeda keyakinan dengan saya, dia selalu dibully "KAFIR" hanya karena dia berbeda.

Tapi saya tetap berteman dengan dia, bahkan saya pernah diajak main kerumahnya. Sampai di rumahnya respon pertama saya adalah "Kok orang-orang kafir ini baik-baik ternyata", tidak mencerminkan ahli neraka dalam etika, perbuatan bahkan tata bahasa mereka lebih sopan dari saya. Soalnya dalam Agama saya orang kafir itu selalu dicerminkan pendosa.

Lalu mind set saya tentang orang kafir mulai berubah dan saya malah menjadi yakin bahwa kita bisa bersatu dalam perbedaan, seperti pelajaran yang saya ambil ketika saya membenci bapak saya bahwa kita tidak bisa membenci seseorang, hanya karena kita tidak kenal lebih dekat.

Dan ini sedikit cerita saya mengapa saya mencintai persatuan dalam perbedaan, kadang kita melihat terlalu jauh sehingga kita mudah membenci, kita hanya perlu percaya bahwa kita bisa bersatu dalam perbedaan. Karena kita bisa kuat karena beragam bukan karena seragam.

Sekian cerita singkat saya tentang memandang persatuan dan perbedaan, semoga kalian tetap bisa bersatu meski kalian berbeda.