~
untuk menjadi seorang pemalas
paling sempurna di muka bumi,
ia pun berinisiatif ikut mendaftar kursus.
langkahnya gontai tak terukur. setelah ia mendaftar
dan rela membayar sejumlah uang administrasi,
ia mendapat list di sebuah kertas kecil
dengan sampul bertuliskan:
kiat-kiat menjadi pemalas
terbaik di dunia
"kemalasan sudah mendarah daging
dalam diri saya sejak lama, sayang kalau
tidak disempurnakan sekalian," pikirnya.
setengah tak sabar, ia membuka kertas kecil,
di dalamnya list-list itu seolah
berebut ingin lompat:
1. pemalas pantang malu.
pemalas itu bukan pemalu.
malu harus lebih kecil dari rasa malas.
kemaluan harus lebih besar dari kemalasan.
2. tidur adalah cara paling biasa
menghabiskan kemalasan. kau mesti terjaga.
pikiran kosong melompong. tidak melakukan
kegiatan apa-apa. kemalasan juga sama seperti suluk
menuju sang hyang. perlu dilatih, perlu ruang.
3. bila kelak ada seorang malaikat suci
mengajakmu berdiam di perpustakaan kampus
untuk sekadar menghabiskan waktu, janganlah
kausambut tawarannya.
benar saja, membaca merupakan aktifitas
bagi orang-orang pemalas: hanya duduk
main kata-kata.
masa bodoh paham isi atau tidak,
tetapi tetap saja sewaktu-waktu,
buku-buku itu mencerdaskanmu.
kalau kau cerdas,
apa gunanya kau bersamaku.
4. kau boleh menerima dengan senang hati
jika ada orang yang mengajakmu memanjat tangga-tangga,
mencari letak di mana sumber hujan bermuasal, atau menyemproti
sepanjang jalan raya dengan bau mulut aroma ayam goreng,
atau menggarami telur mata sapi-mata kami-mata kaki,
matang di atas sebongkah es batu.
5. terakhir, selamat menjadi pemalas andal.
jangan terlalu banyak berbuat-berpikir.
sebab kemalasan paling murni dan hakiki,
memanjakan laku pikiran agar tetap
berjalan di tempat.
Ciputat, 2017