Satu tahun lalu, bocah kikuk dalam tubuhku membakar rumah duka yang ia buat di tubuhku. Setelah semua kegaduhan, yang datang membawa berpuluh-puluh keranjang kancap kepiluan. Satu tahun lalu, ia menanam pemberitahuan untuk raga yang ingin singgah di rumah duka, untuk yang datang memakamkan kesedihannya, untuk yang ingin singgah lalu mencuri segala tameng; penangkal di dalamnya, agar menemukan rumah lain yang rela dikebumikan oleh segala kasih yang ternyata palsu.

Setelah satu tahun lamanya, yang luluh lantak terbangun kembali.

Bocah kikuk dalam tubuhku mulai berdamai dengan diri sendiri, telah usai ia berkelana: belajar tentang merelakan balon yang lepas dari genggamannya, memakan yang manis dan pahit untuk obat dirinya, meminum yang mewaraskan dirinya dari panas yang membakar kepala.

Bulan ini, satu tahun keruntuhannya rumah duka. Bocah kikuk dalam tubuhku membangun rumah kembali, untuk segala hal baik yang akan ia tanam di halaman rumah, untuk segala rekam wajah yang akan ia tuliskan dengan sebuah pena, untuk kurcaci-kurcaci rasa yang membantunya bangkit dari luka, untuk mengabadikan kebaikan dari sang pemilik raga.

Ini rumah baru, tentunya semoga akan lebih berdamai dengan sendu, akan ada banyak hal-hal lucu, dan akan selalu tertuju untukmu, untukku.

Di halaman rumah ada pohon rindang untuk beristirahat dan berteduh dari kerasnya kehidupan,

di sudut ruangan dalam rumah–ada tempat nyaman untuk berbincang ihwal masa depan,

dan akan selalu ada terang dan juga gelap untuk mengerti roda berputar.

Semoga panjang umurnya,

tak ada harapan lebih selain nyaman,

tak perlu banyak raga,

atau setidaknya ini untuk bocah kikuk dalam tubuhku diriku sendiri.

__________

❝Didedikasikan untuk semua yang bertanya kepada siapakah muara kata dan rasa ini:

Untukku

Untukmu❞