Singgah tapi tak sungguh
Bergaung lagi dan lagi
Bersalah pada luka
Diri dan dirinya
Berkali memaafkan
Tapi tak bisa sekalipun melupa
Kata singgah yang acap terbisikkan
Sebenarnya adalah sosok pengelana
Inilah singgah
Ia hanya suka berjalan
Dengan terompah lusuh menapak juang
Sedikit bekal cukuplah mengganjal kekosongan
Ia yang terlalu nyaman dalam kesepian
Hingga berkawan karib sendirian
Tapi bukan, bukan penyendiri
Terlalu kejam jika kau menghakimi maknanya
Singgah lagi-lagi menepi
Kemudian menyapa dan bercengkrama
Basa basi yang bertumbuh rasa
Kemudian ia tersenyum dan menyapa
Sudah saatnya kembali melanjutkan perjalanan
Singgah bukannya tak niat sungguh
Tapi ia butuh tanda tanya untuk berlabuh
Jadi ia memilih terus berjalan lebih jauh
Menjawab ingin tahu dan memeluk gundah gulana
Tolong jangan hakimi singgah
Seperti kriminal yang membunuh rasa
Ia butuh makna
Sekedar hak dan kewajiban untuk menemukan kehidupan
Kemudian ia akan menyalahkan diri
Merasa tak pantas diri saat mendengar orang-orang menggumam
"Ia yang singgah tapi tak sungguh"
Dan akan menunduk lebih dalam tentang pemaknaannya
Ia sungguh hanya singgah
Untuk menyapa bukan ber-asa
Mengutip cerita
Jangan salahkan ia pada janji yang tak pernah dibuatnya
Harapan yang berlebihan yang menyakitkan
Hingga ia menangis dan bersalah untuk berpisah
Apakah ia bisa kali ini singgah sungguh-sungguh?
Karena ia khawatir pada melodi untuk lirik
"Ia yang singgah tapi tak sungguh"
Bogor- 2022
ditulis Penade