Tahun 2021, tepatnya bulan Agustus, Hana dan kakaknya pindah ke sebuah kontrakan dua pintu sekitaran kampus di mana Hana berkuliah. Kontrakan ini memiliki halaman luas hingga setidaknya terdapat empat pohon mangga, dua pohon pepaya, dan satu pohon jambu. Sengaja memilih kontrakan dengan halaman luas, kalau kata kakak Hana "perlu halaman luas buat naro nih semua perintilan ikan chana".
Sepertinya sudah cukup menjelaskan soal kontrakan. Cerita ini bukan tentang seberapa bagus atau seberapa luas kontrakan yang ditempati Hana dan kakaknya, tapi ini tentang orang-orang yang pernah singgah beserta kenangan-kenangannya.
Pertama kali kontrakan kedatangan tamu adalah ketika baca doa untuk masuk kontrakan. Kakak Hana mengundang 6 orang teman-teman kuliahnya untuk datang dan berdoa bersama. Tidak lupa, Hana telah menyiapkan santapan untuk di makan bersama setelah doa selesai. Meskipun baru pertama kalinya merantau dan tinggal disebuah kontrakan, kemampuan masak Hana sepertinya sudah cukup terasah. Nasi uduk, kering tempe teri kecap, ayam kecap, telur balado, dan tidak lupa kerupuk, semua ini adalah menu pertama yang Hana masak di dapur kontrakan saat itu. Setelah doa dan makan bersama selesai, dilanjut dengan ngobrol santai. Semua menikmati waktu bersama hingga satu-persatu mulai pamit pulang untuk melanjutkan aktivitas lainnya.
Setelah kedatangan tamu pertama, tamu-tamu berikutnya adalah teman atau pelanggan yang ingin membeli atau hanya sekedar melihat koleksi ikan chana milik kakak Hana. Kakak Hana punya hobi dan usaha kecil-kecilan ikan chana, meskipun bentukannya aneh menurut Hana, tapi harganya cukup membuat Hana tidak banyak berkomentar soal ikan tersebut kepada kakaknya.
Ketika tamu kakak Hana datang, Hana tidak banyak berinteraksi dengan mereka. Namun, diam-diam Hana dari kamarnya yang tenang seringkali mendengar obrolan santai kakaknya dan beberapa tamu yang datang. Obrolan itu membuat Hana hanyut dalam cerita, seolah sedang ikut berkumpul bersama. Kamar di kontrakan adalah tempat nyaman untuk Hana, dihabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas kuliah, tidur, dan menangis meratapi nasib beratnya dunia perkuliahan, apalagi sebagai anak rantau.
Dimanakah teman-teman Hana? Tahun-tahun pertama kuliah, Hana kesulitan menjalin relasi dengan teman kuliahnya. Namun, masuk semester ketiga, kontrakan kedatangan tamu baru, yaitu teman kuliah Hana. Ngobrol, nugas, dan nginap, agenda yang seringkali dibawa oleh teman-teman Hana ketika datang ke kontrakan. Teringat perayaan ulang tahun Hana juga dirayakan di kontrakan dengan kue dan kado sederhana pemberian teman-temannya.
Terkadang, ketika kedua orang tua Hana datang menjenguk, Hana dan kakaknya akan mengagendakan untuk mengundang teman-teman kuliah datang ke kontrakan. Tujuannya adalah makan bersama dan obrolan santai, sekaligus meramaikan kontrakan yang biasanya kalau lagi sepi hanya Hana dan kakaknya yang berusaha menutupi sepi-sepi itu.
Pertengahan tahun 2022, kontrakan kedatangan tetangga baru, karena sebelumnya kontrakan dua pintu ini hanya diisi oleh Hana dan kakaknya. Tetangga baru yang sebenarnya tidak baru-baru banget, karena tetangga tersebut adalah tentangga Hana dari daerah asal. Segala bentuk obrolan dan aktivitas banyak dihabiskan di kontrakan ini. Hingga yang paling membuat trauma daripada kesan adalah mendapatkan teguran dari tetangga sekitar karena tengah malam kami semua ribut. Biasalah, euforia menonton bola di malam itu menjadi pemicunya.
Soal tetangga, didominasi oleh keluarga-keluarga usia lanjut. Ada anak muda, tapi Hana jarang melihat mereka, atau bisa saja karena Hana yang jarang keluar kontrakan, haha. Sebagai warga kontrakan baru, awalnya Hana dan kakaknya merasa aman-aman saja. Tapi, aman itu tidak berlangsung lama, karena teguran tipis dari tetangga seringkali Hana dan kakaknya dapatkan. Salah satunya yang sampai sekarang membuat bingung adalah berawal dari tukang antar paket yang tanya alamat kontrakan pada tetangga, namun berujung kakak Hana ditegur tetangga karena tidak mengenal nama Hana dan kakaknya. Dinamika bertetangga ternyata seperti itu, begitu ya Hana.
Masuk akhir tahun 2023, kakak Hana harus pamit untuk pulang ke daerah asal, meninggalkan kontrakan yang penuh dengan kenangan ini. Ikan chana dan segala perintilannya mulai tidak terlihat lagi, obrolan santai yang biasa Hana lakukan bersama kakaknya di ruang tengah kontrakan saat malam hari juga sudah bisa disebut kenangan. Setelahnya, Hana sendiri, di kontrakan.
Selama sendiri di kontrakan, Hana mencoba mengurus semuanya dengan mandiri. Mulai dari mengganti bohlam lampu yang sudah padam, mengganti silinder kunci pintu, membersihkan kontrakan, menebang dahan pohon di halaman kontrakan, hingga mencoba memperbaiki kran wastafel tapi gagal. Ternyata cukup sulit juga mengurus satu kontrakan seorang diri. Tapi Hana mulai terbiasa dengan kesendiriannya ini.
Saat sendiri, kontrakan menjadi tempat paling nyaman untuk Hana. Senang-senangnya, sedih-sedihnya, hingga sakit-sakitnya, Hana rasakan semua itu di dalam kontrakan, menjadikannya rumah yang tepat untuk pulang ketika diperantauan seorang diri. Terkadang Hana bisa menghabiskan waktu berhari-hari tidak pergi keluar kontrakan untuk sekedar mencari hiburan. Membuat tetangga favorit Hana sesekali bertanya ketika tidak sengaja bertemu di depan pagar kontrakan.
"Hana, kok gak pernah kelihatan?", tanya tetangga penasaran dan khawatir.
"Oiya, kemarin sakit mag nya kambuh, jadi di kontrakan aja", jawab Hana takut-takut.
"Lohhh, jangan sampe telat makan, jangan makan pedes-pedes gak baik itu". Tetangga khawatir.
"Iya bu, ini sekarang Hana mau beli stock obat", Hana menjelaskan.
"Ya sudah kalau begitu, hati-hati ya nak". Pesan tetangga sebagai penutup obrolan
Obrolan singkat seperti itu seringkali terjadi ketika Hana tidak sengaja bertemu dengan tetangga favorit yang rumahnya tepat berada di depan kontrakan. Namun, sepertinya segala bentuk kenangan yang tersimpan di kontrakan, akan Hana bawa untuk diceritakan kepada orang-orang ketika pulang dari rantauan.
Tepat ditahun 2025, Hana menghitung tersisa 5 bulan untuk berada di kontrakan. Setelahnya, Hana akan menjadikan kontrakan ini sebagai salah satu tempat yang membuat Hana banyak belajar, bagaimana mengurus kontrakan dengan mandiri, hidup bertetangga, dan menjadikan kontrakan sebagai rumah yang nyaman tidak hanya untuk Hana tapi juga tamu-tamu yang pernah datang dan sekedar mampir.
Kenangannya tidak pernah hilang, jika bisa berbicara, akankah kontrakan berkata kepada Hana bahwa ia berhasil menjadikan kontrakan sebagai tempatnya untuk pulang setelah seharian beradu dengan aktivitas di luar, atau yang sudah dengan sabar dan mandiri Hana lakukan untuk menjaga dan merawat agar kontrakan tetap terlihat berpenghuni. Tamu-tamu yang pernah datang bahkan memberikan sebutan kontrakan dengan "basecamp LDG" , yang dijadikan tamu-tamu tempat main, makan, belajar, hingga tidur.
Meskipun, Hana tidak bisa memastikan akan kembali lagi ke kontrakan, tapi yang pasti Hana akan menyimpan segala kenangannya dengan baik. Kontrakan menjadi saksi senang, sedih, hingga sakitnya Hana selama diperantauan. Kontrakan yang sedari awal Hana sebut penuh kenangan itu, adalah Kontrakan Nomor 97.
-Selesai-