“Cinta” adalah kata milik manusia
“Cinta” disukai dalam berbagai bahasa
“Cinta” dijunjung tinggi bangsa-bangsa

Tapi kata “cinta” hanya milik manusia
Induk ayam tidak mengenal “cinta” untuk mengerami telurnya
Tanaman tidak bertumbuh tinggi demi “cinta” yang dinaunginya
Betapa “cinta” adalah buatan manusia

“Cinta” diciptakan untuk mengatakan yang tak terucapkan
“Aku cinta padamu” sebenarnya tak pernah mampu menjelmakan

Seperti kata “Tuhan” yang diciptakan untuk Sang Tak Terkatakan
Kata “Cinta” berasal dari diam

Jika “cinta” dan “Tuhan” adalah ciptaan manusia
Ragu harus selalu hadir dalam “cinta” dan “Tuhan”
Jika tak ada ragu itu, terkutuklah mereka:
kata yang paling mengecewakan penciptanya

Mustahil “cinta” dikatakan dengan lantang
Apalagi menyandingkan “cinta” dengan “Tuhan”
“Cinta” sesama pun kita terbata-bata
Maka “Cinta Tuhan” hanya mampu kita eja

Hanya diam yang sanggup:
Mengubur “cinta” yang menjadi idola dan tak lagi bermakna
Mendiamkan “Tuhan” yang bising memekakkan telinga
Hingga “cinta” dan “Tuhan” tak lagi ada
Hanya Diam yang tinggal bersahaja

Jakarta, 9 September 2017
10:36 pm