Identitas Buku :
Judul buku : Please Look After Mom
Pengarang : Kyung Sook-Shin
Penerjemah : Tanti Lesmana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Waktu Terbit : Februari 2020
ISBN : 9786020315409
Tebal halaman : 296 Halaman
Sinopsis :
"Sepasang suami-istri ke kota untuk mengunjungi anak-anak mereka yang telah dewasa. Sang suami bergegas naik ke gerbong kereta bawah tanah dan mengira istrinya mengikuti di belakangnya. Setelah melewati beberapa stasiun, barulah dia menyadari bahwa istrinya tidak ada. istrinya tertinggal di stasiun Seoul.
Perempuan yang hilang itu tak kunjung ditemukan, dan keluarga yang kehilangan ibu/istri/ipar itu mesti mengatasi trauma akibat kejadian tersebut. Satu per satu mereka teringat hal-hal di masa lampau yang kini membuat mereka tersadar betapa pentingnya peran sang ibu bagi mereka; dan betapa sedikitnya mereka mengenal sosok sang ibu selama ini. Perasaan-perasaannya, harapan-harapannya, dan mimpi-mimpinya".
Ibu, kata yang sering kita ucap untuk memanggil seseorang yang membawa kita ke dalam dunia ini. Seiring dengan waktu, kita cenderung melupakan banyak momen dan orang-orang dalam hidup. Salah satunya adalah diri kita sendiri, dan salah duanya adalah ibu. Buku Kyung-Sook Shin yang mendapat berbagai penghargaan salah satunya Prix de I’Inapercu dari Prancis ini bercerita tentang hilangnya seorang perempuan tua di tengah-tengah kota Seoul ketika hendak mengunjungi anaknya. Anak-anaknya yang hidup jauh dari kampung halaman dan sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri adalah alasan Park So-Nyo dan suaminya bergegas mengunjungi mereka untuk melepas kerinduan. Di tengah-tengah stasiun yang padat, di dalam kerumunan orang-orang yang sibuk di stasiun Seoul itu, dirinya menghilang dan lepas dari genggaman tangan suaminya.
Satu dua cara dilakukan oleh suami dan anaknya untuk menemukan ibu mereka yang hilang tak berbuah apa-apa. Ibunya yang hilang itu, hanya meninggalkan bekas langkah dan kenangan di dalam kepala semua orang yang merasa kehilangan dirinya.
Waktu berlalu, jurang antara ketidakpastian dan hilangnya harapan semakin dalam. Pada saat itu, barulah satu persatu orang yang ditinggalkan merasakan apa itu arti “kehilangan” pada diri mereka. Rumah mereka di desa kecil Chong-up yang hanya ditinggali berdua dengan sang suami menjadi semakin lengang dan berantakan, tidak ada tangan halus yang merapikan kasur dan menyiapkan makan siang. Sang suami pun teringat, bagaimana selama 50 tahun hidup bersama tidak pernah sekalipun ia menunjukkan rasa kasih dan sayang, hingga sesederhana membelikan obat untuk sakit kepala saja tidak dilakukannya “Sebelum istrimu hilang, kau tidak pernah memikirkan dia dalam menjalani hari-harimu”.
Buku ini dikemas dengan apik, memuat narasi dan dialog antar tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Bahasa terjemahan yang mudah dipahami sedemikian rupa, tidak seperti buku terjemahan bahasa asing lain yang justru lebih sering membuat kebingungan.
Namun, suguhan alur yang maju mundur akan membuatmu sebagai pembaca akan sedikit kebingungan dan membutuhkan waktu lebih untuk mengingat kejadian yang sudah dipaparkan sebelumnya ketika kembali dibahas pada halaman yang saat itu kamu baca. Hal inilah yang kiranya membuat sebagian orang akan kesulitan dalam membaca buku ini.
Terlepas dari itu semua, buku ini sangat perlu dibaca setidaknya sekali dalam hidupmu, mengingat buku ini menyuguhkan sudut pandang lain yang mungkin tidak kita sadari terkait orang lain, khususnya ibu dalam kehidupan kita. Selain menjadi pelajaran, kisah dalam buku ini pun dapat menjadi renungan.