Pada akhirnya
Tubuh, jantung, inti yang terus berdegup dari tulisan ini
Adalah diri engkau
Yang mampu hidupkan
Puisiku, ingatan baikku, dan kehidupan tanpa sungkan
Betul itu engkau, yang kupikirkan setelah sekian lama
Ketika terhimpit jalan panjang hidup yang terus memaksaku melangkah
Satu demi satu tangga
Yang tak kau pijaki
Setidaknya bersamaku
Lantas mengapa kau tak seperti
Sisa-sisa abu bekas dari terbakarnya hutan yang kuhirup lalu kulupakan
Mengapa kau terus saja masih
Menjelma dasar lembah yang selalu ingin kuselami
Lebih dalam lagi
Lagi Lagi walau sungguh aku tak bisa sedikitpun mengambang
ataupun melihat setiap ujung yang tiba-tiba hilang
Dan kau masih saja menjadi bahasa
Yang kupaksa hadir pada insan lain
Ketika semua kali pertama
Berujung pada tanyaku
Apakah akan rasakan yang sama?
Begitu bahagia?
Seperti bersama engkau?