Domba Berbulu Serigala
Cerpen
Kutipan Cerpen Domba Berbulu Serigala
Karya jeinoktaviany
Baca selengkapnya di Penakota.id
Hanya satu domba yang berbeda, di antara semua masyarakat domba yang ada. Domba itu sebenarnya adalah domba jantan tulen, ayah dan ibunya sama-sama domba. Tapi, dia terlampau aneh, domba ini memiliki bulu serigala. Sehingga dia dijuluki domba berbulu serigala.
Sejak kecil dia dijauhi teman sebayanya, mereka takut bahwa hal itu menular. Dan dia dibuang oleh induknya. Ah nasib yang malang. Domba itu tak pernah diterima di masyarakat mereka.
Hingga dewasa, domba itu penuh dengan kesendirian. Padahal dia tetap makan rumput yang sama dengan domba lainnya. Padahal dia sama-sama mengembing seperti domba lainnya. Tapi, tetap saja dia dijauhi, bahkan dimusuhi. Sepenuhnya dia sendirian, diasingkan karena perbedaan bulu yang dia miliki. Padahal dia tetaplah domba.

Sehingga, mau tak mau dia menjadi berbeda. Sepenuhnya dia selalu berdoa bahwa dia sama seperti domba lainnya. Tapi, Tuhan tak pernah menjawab doanya. Dia berharap setiap pagi saat dia mengambil air untuk minum di sungai dan menatap pantulan wajahnya, bulunya akan seperti yang lainnya, tapi tetap saja tak terjadi.
Sampai pada satu masa di mana dia membenci masyarakat domba di sekitarnya. Bagaimana tidak? Dia dianggap seakan-akan hanyalah feses, dia dianggap seakan-akan dia bukanlah domba. Sudah sepatutnya dia membenci masyarakat domba keparat yang tak memikirkan dirinya sama sekali.

Anehnya dari masyarakat itu adalah, mereka selalu menerima serigala-serigala berbulu domba. Mereka membanggakan serigala-serigala itu, mereka malah mendekati serigala itu. Alasan mereka hanyalah karena bulu mereka sama, meski serigala itu tak makan rumput, bahkan tak mengembing. Ah mereka tak pernah peduli, asalkan bulu mereka sama.
Fakta ini membuat domba berbulu serigala merasa dia bukanlah domba, dia ingin sekali pergi ke kawanan serigala dan bergabung dengan mereka. Tapi dia takut para serigala akan memakannya, hal itu seperti menggali kuburan sendiri, dan bahkan tanpa perlu cangkul.
Pada akhirnya dia memustukan tetap diam bersama masyarakat domba. Walaupun domba-domba lain menjauhi, walaupun para sesepuh domba selalu menyerukan bahwa jangan pernah ada domba lain yang mendekati domba berbulu serigala, walaupun para domba lebih suka bersama serigala berbulu domba, walaupun para domba dewasa selalu mengingatkan anaknya bahwa domba berbulu serigala adalah monster yang sama menakutkannya dengan serigala (yang berbulu serigala lagi), tapi domba berbulu serigala tetaplah diam di masyarakat domba itu.
Dia tetap sendiri, menahan segala rasa benci pada masyarakatnya sendiri. Menahan dirinya untuk tidak memakan mereka, walau dia tahu bahwa dirinya adalah herbifora seperti mereka, dan walau dia tahu bahwa mungkin satu-satunya hal yang paling ditunggu masyarakat adalah dia memakan salah satu domba dan akhirnya mereka akan mengusirnya.

Tetapi ada satu domba betina yang menyukainya, atau bisa dibilang menyayangi dan mencintainya (domba juga bisa mencintai). Domba betina yang berbulu domba. Domba itu menjadi satu-satunya teman dari si domba berbulu serigala itu.
“Menurutku lebih baik domba berbulu serigala, daripada para serigala yang berbulu domba,” ucap domba betina suatu senja saat mereka makan rumput di ujung sungai bersama.
Domba betina itu akhirnya dimusuhi juga, menjadi dianggap feses oleh masyarakat, tapi domba betina tak pernah peduli. Meski tak lagi dianggap oleh masyarakat, bahkan oleh induknya. Dia sepenuhnya tak peduli tanggapan orang tentangnya.
Adanya domba betina ini membuat perubahan pada si domba berbulu serigala, dia menjadi tak kesepian. Dan untuk pertama kalinya dia benar-benar bersyukur dia dilahirkan sebagai domba.

Pada akhirnya mereka menikah. Oh akhir yang bahagia sekali. Tapi ini bukan akhir dari cerita ini. Mereka berdua diusir oleh masyarakat. Masyarakat takut bahwa akan ada domba berbulu serigala lainnya. Dengan senang hati mereka pergi mengembara ke tempat lain.
Mereka akhirnya beranak-pinak di negeri antah berentah jauh dari kawasan masyarakat mereka. Mereka hidup bahagia, sangat bahagia. Anehnya anak mereka tetaplah berbulu domba, tak ada satu pun yang berbulu serigala seperti ayahnya. Dan mereka tak pernah peduli, tak ada satu pun domba yang ingin anaknya berbulu serigala.

Sampai suatu ketika, datanglah sekumpulan domba ke tempat mereka.
Kedatangan domba itu disambut oleh keluarga kecil itu, mereka berbagi rumput dan air untuk tamu mereka, menyambut seperti layaknya menyambut saudara yang datang dari jauh.
Salah satu domba tamu akhirnya berbicara tentang kenapa mereka datang ke sana, mereka datang dari kawasan masyarakat domba yang dulu. Mereka bercerita bahwa masyarakat sekarang sedang kacau, diserang oleh serigala-serigala berbulu domba, yang menyamar di antara masyarakat dan memakan domba satu per satu.
Mereka hanyalah segelintir yang selamat dari ancaman serigala berbulu domba. Dan kedatangan mereka adalah untuk meminta perlindungan dan mencari tempat baru. Si domba berbulu serigala tak keberatan mereka akan tinggal di tempatnya, asalkan mereka mendengarkan sebuah cerita yang akan dia sampaikan. Semua domba tamu setuju dan akan mendengarkan cerita tersebut.
“Ehmm ...,” kata si domba berbulu serigala mencoba memulai ceritanya, “Hanya satu domba yang berbeda, di antara semua masyarakat domba yang ada. Domba itu sebenarnya adalah domba jantan tulen, ayah dan ibunya sama-sama domba. Tapi, dia terlampau aneh, domba ini memiliki bulu serigala. Sehingga dia dijuluki domba berbulu serigala ....”
Dan dia melanjutkan ceritanya.

Jein, Desember 2015
28 Mar 2018 19:41
334
Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: