Pagiku masih sama seperti pagi-pagi lainnya. Suara alarm digital yang menjengkelkan sudah seperti suara ayam berkokok yang menjadi pertanda dimulainya hariku. Dulu aku membenci sekali suara itu, namun sekarang sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengannya. Jika dipikir-pikir, alarm digital itu bisa mengibaratkan masalah hidupku. Dahulu aku selalu menyangkal keberadaan hal itu, bahkan membencinya dengan sangat; sekarang aku mulai terbiasa dengan keberadaan hal itu dan justru terpaksa menikmatinya. Kenapa kukatakan terpaksa? Seiring bertumbuhnya diriku menjadi seorang remaja (yang sebentar lagi menjadi dewasa), aku menjadi mengerti bahwa terkadang hidup tak akan selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Tidak semua hal ada di bawah kendali kita, dan itu termasuk segala permasalahan hidup kita, baik kecil maupun besar. Ada orang yang mengatakan kepadaku bahwa aku hanya menjadikan pendapatku yang tadi sebagai alasan untuk mengasihani diri dan membuat masalah. Namun sesungguhnya siapa yang menginginkan hidupnya dipenuhi masalah? Tentu bukan aku.
Aku percaya bahwa sekeras apapun usahaku untuk melakukan sesuatu, jika itu bukan takdir atau bukan dikehendaki oleh Tuhan untuk terjadi, itu tidak akan terjadi. Ada juga orang yang menyebutku pasrah pada hidup karena prinsip tersebut. Aku bukan pasrah, namun aku berserah. Aku tidak ingin menjadi pribadi yang terlalu memaksakan kehendaknya kepada Yang Maha Esa. Jika memang itu harus terjadi, itu pasti terjadi. Jika tidak, berarti Ia memiliki alasan yang lain yang tidak perlu kuketahui. Berpikiran seperti ini bukan berarti aku sama sekali tak berpengharapan. Aku hanya tak ingin menaruh harapan banyak kepada dunia yang selalu dinamis dan tak bisa ditebak ini. Itulah sebabnya aku berserah kepada apapun yang Tuhanku bentangkan bagiku, di hadapanku. Oleh sebab itu, aku sangat menyukai ayat ini: “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau”--[Yesaya 43:2]. Ayat ini meyakinkanku bahwa apapun yang harus kulalui, Tuhan akan selalu bersamaku, memberikan yang terbaik bagiku, menurut kehendak-Nya. Karena itulah aku bisa selalu berharap dan berserah kepada-Nya, terlepas dari segala pendapat orang lain tentang prinsipku. Inilah cerita singkatku, kiranya menjadi berkat bagi kalian yang membacanya, terima kasih.