Entah sejak kapan, tetapi aku merasa seperti ada perasaan yang mengganjal di hatiku. Seperti ada sesuatu yang membebaniku sampai-sampai ketika orang-orang kesukaanku mencoba menghiburku sekalipun, aku tak dapat luput dari perasaan itu. Perasaan yang entah disebabkan oleh apa. Yang jelas aku tau betul, bahwa itu membuatku merasa tak enak hati dan akhirnya lupa akan rasa kedamaian. Sejak Covid-19 melanda, banyak sekali kejadian tak mengenakkan terjadi di kehidupanku. Seiring berjalannya waktu, aku semakin menyadari akan perubahan dari diriku sendiri yang aku asumsikan sebagai hasil dari tumpukan emosi dan perasaan yang selama ini kutampung berbulan-bulan. Bukan, barangkali bertahun-tahun. 

Aku tau Tuhan menginginkan umat-Nya untuk memiliki kesabaran dan kekuatan ketika menghadapi pencobaan. Akan tetapi, mungkin aku sudah lelah akan perasaan yang tak kunjung hilang ini. Aku sendiri tidak tau dan tidak ingin menyalahkan siapapun. Kupikir mungkin sudah takdir bagiku untuk merasa seperti ini, di saat seperti ini–secara spesifik. Sepertinya Tuhan sudah membuat rencana yang belum bisa aku lihat kemana arahnya saat ini. Tapi nanti, entah kapan, pasti semua akan ada hikmahnya. Menolak untuk putus asa, aku pun mencari kekuatan yang tidak lain adalah sumber dari segala sumber kekuatan: Tuhanku. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yohanes 14:27. Setelah membaca ayat ini perasaanku seperti tertusuk, namun berakhir lega karena aku yakin bahwa tidak ada hal yang harus kukhawatirkan sebab Tuhan telah memberikan damai-Nya kepadaku. Kiranya ini bisa menjadi kekuatan juga bagi kalian yang membacanya.