Rasa tidak percaya diri di setiap manusia pasti ada. Hanya saja, setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menghadapi atau menyembunyikan perasaan insecure itu. Ada yang memilih untuk tetap terlihat percaya diri di depan orang-orang padahal di dalamnya ia sedang berusaha menutupi rasa tidak percaya dirinya, ada yang benar-benar percaya diri luar dalam, ada juga orang yang menunjukkan rasa tidak percaya dirinya baik secara sadar maupun tidak sadar. Kurasa aku adalah gabungan dari ketiga jenis itu, tapi bisa bergantian secara berkala. Seperti ketika aku senang dan sedang merasa bahwa semuanya baik-baik saja, aku akan secara alami merasa percaya diri. Jika ada sesuatu atau seseorang yang memancing rasa tidak percaya diriku, apabila perasaanku sedang baik, akan sangat mudah bagiku untuk merasakan dan memikirkan semua keburukan diriku. Artinya, aku sangat mudah merasa tidak percaya diri. Jika kumerasa tidak percaya diri, aku akan mulai membanding-bandingkan kekurangan diriku dengan kelebihan orang lain–ingat, KEKURANGAN diriku dengan KELEBIHAN orang lain. Sangat tidak adil bukan? Tapi begitulah kenyataannya.
Di saat-saat tertentu apabila perasaan hatiku sedang kacau, kebiasaanku yang memunculkan rasa tidak percaya diri yang berakibat menjelek-jelekan diri sendiri itu bisa berujung kepada banyak hal buruk. Salah satunya ialah kunci dan alasan mendasar mengapa aku (bahkan mungkin juga banyak orang di luar sana) merasa demikian. Hal itu ialah kurangnya rasa syukur. Karena lelah mengalami siklus yang sama aku pun merenung dan mencari penyebab perasaan tidak percaya diriku itu. Ternyata itu semua karena aku belum cukup bersyukur atas apa yang Tuhan percayakan bagiku–terutama penampilan fisikku. Percayalah kata-kataku ketika aku berkata bahwa apabila kita bersyukur, bahkan hal yang sangat biasa sekalipun akan menjadi luar biasa. Jangankan untuk repot-repot membandingkan diri kita dengan orang lain, apabila kita bersyukur tidak akan terlintas di pikiran kita bahwa diri kita kurang ataupun di bawah orang lain. Itu semua karena waktu kita sudah kita habiskan untuk bersyukur, dan bukan sebaliknya. Walaupun merasa tidak percaya diri ialah hal yang lumrah, terutama di kalangan usia remaja seperti diriku, bukan berarti hal itu harus juga kita lakukan dan biarkan terjadi bukan? Bagi kasusku, rasa tidak percaya diriku bisa menyebabkan aku melakukan hal-hal buruk. Oleh sebab itu aku ingin segera membasmi perasaan itu, dan menurutku cara yang paling tepat dan efektif untuk melakukannya ialah dengan selalu mengucap syukur. Seperti yang tertulis dalam 1 Tesalonika 5:18 yang berbunyi, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Sebab itu sudah layaknya bagi kita untuk selalu mengucap syukur. Tak hanya karena itu akan meningkatkan kualitas hidup dan cara berpikir kita, itu jugalah yang dikehendaki oleh Allah untuk kita lakukan. Walaupun jalan menuju penerimaan diri itu tidak mudah, akan tetapi bukan berarti itu mustahil. Inilah caraku memulai untuk bersyukur dan mencintai diriku apa adanya, bagaimana denganmu?