Suatu ketika ada orang yang mengatakan, “you only live once” atau sering disingkat sebagai YOLO. Di tengah dunia yang penuh tekanan dan beban, YOLO dengan mudahnya menjalar dan berhasil menjadi pola pikir yang telah membebaskan banyak orang dari keterpurukan yang mereka alami. “Kamu hanya hidup sekali” menjadi solusi bagi banyak orang di segala kalangan untuk setidaknya menikmati hidup yang hanya akan mereka jalani sekali itu. Oleh karena YOLO merupakan pola pikir yang beranggapan bahwa hidup kita yang hanya satu ini harus kita jalankan dengan sebaik-baiknya agar tidak ada penyesalan, YOLO yang digabungkan dengan pemikiran setiap orang telah menghasilkan berbagai macam pribadi dan pola pikir. Ada yang memilih untuk mengisi kehidupannya dengan kesenangan belaka karena menganggap tidak ingin menjalani hidup yang satu-satunya itu dengan buruk, ada juga yang memilih untuk berlaku impulsif dan berakhir tidak bertanggung jawab karena merasa tidak ingin membuang kesempatan satu-satunya, dan ada juga orang yang memilih untuk melakukan hal-hal yang mereka senangi agar kualitas hidup mereka sesuai dengan standar keinginan mereka.
Sebagai anak muda yang hidupnya dipenuhi dengan tuntutan dan tanggung jawab, aku merasa sangat sulit untuk menerapkan paham itu. Walaupun aku tau bahwa semua manusia dilahirkan dengan latar belakang berbeda-beda, tak melepas kemungkinan bagiku untuk merasa ingin seperti teman-temanku yang menjalani kehidupan mereka menurut keinginan hati mereka—sesuai dengan YOLO. Terkadang aku merasa sedih karena begitu susahnya bagiku untuk menjalani hidup carefree yang akhirnya membuatku terlihat seperti anak rumahan yang hanya bisa belajar dan tidak pandai bersosialisasi—aku bahkan tidak sepintar itu dalam hal akademis. Aku merasa demikian hingga aku menemukan ayat dari Pengkhotbah 11:9 yang berbunyi, “Bersukarialah hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”. Ayat ini mengingatkanku akan betapa pentingnya untuk menjalani hidup dengan penuh pertanggungjawaban agar tidak menyesal di Hari Penghakiman nanti. Walaupun memang hidup di dunia ini hanya sekali, jangan karena itu kita menjadi lengah dan berlaku sesuka hati. Aku mengatakan ini bukan berarti aku tidak ingin menikmati hidupku. Hanya saja aku ingin menikmatinya sebisa mungkin dengan perasaan lega karena telah menjalaninya dengan benar. Walaupun mungkin aku ingin menjadi carefree seperti anak-anak muda lain pada umumnya, ayat ini mengingatkanku untuk tetap tahu batas dan tahu pertanggungjawaban seperti apa yang harus aku pegang untuk setiap perilakuku. Oleh karena itu, aku tetap akan berusaha menjalani hidupku sepenuhnya, namun tetap dengan pemikiran bahwa di akhir nanti, aku harus berani mempertanggungjawabkan semua pilihanku. Bukan berarti hidupku tidak akan menarik bukan? Bijak-bijaklah memilih paham yang akan kamu gunakan untuk menjalani hidupmu. Walaupun mungkin kamu tidak akan menyesalinya di dunia, jangan sampai kamu menyesalinya nanti di akhirat.