Kutipan Cerpen
Memeluk Teror
Karya
kayotanuki
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Si darah biru menyuruh baninya yang berdarah merah untuk mati. Darah kalian merah, kalau tumpah itulah perjuangan yang menyejarah. Kami berdarah biru, jika tumpah hanya membawa kesedihan. Nanti tak ada keadilan dan kesejahteraan untuk kalian, kalau kami musnah. Hidup rakyat adalah kunci.
Mengorbankan hidup rakyat adalah teori tirani tahi babi. Tak ada yang lebih rendah derajatnya daripada menggundik pada kursi jabatan. Sedang mereka-mereka itu selalu ingat buat dosa kepada rakyatnya. Mereka tahu yang salah, tahu teori kepemimpinan yang betul dan murni baik untuk rakyatnya.
Tetapi apa daya perut dan kelamin sendiri itu butuh dipuaskan. Rakyatlah yang harus mengulum kemaluan pejabat-pejabat bangsat itu. Selamat, kita diperkosa. Kita bukan penyintas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita hanya pemakan tahi para tirani itu.
"Lagipula sudah takdir rakyat untuk bodoh dan sakit," kata Lanto
"Betul, To. Daripada aneh-aneh ya turuti saja kata penguasa si darah biru itu," kata Man Kabul
Kita hidup di tengah teror. Kalau bukan bom, paling-paling santet. Man Kabul sadar akan hal itu.
"Hati-hati To, mengomentari kebusukan tirani, nanti disantet," kata Man Kabul.
Unduh teks untuk IG story