Rahmani atau dikenal sebagai Pak Mani adalah seorang pria bertubuh gendut dan berkulit agak sedikit kecoklatan. Pak Mani memiliki dua orang anak dan satu istri. Ia berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu Desa di pulau Kalimantan. Di keluarga, ia dikenal sebagai orang yang sangat pemalas, hidupnya hanya dilakukan untuk bekerja, makan, tidur dan bermain game setiap harinya. Pak Mani adalah orang yang berkecukupan, ia memiliki pekerjaan yang bagus, rumah yang nyaman, mobil yang bisa dipakai kemana saja, bahkan beliau memiliki bayak tanah yang tidak terurus karena beliau terlalu malas untuk keluar dari rumahnya kecuali untuk bekerja. Anak pertama Pak Mani adalah seorang gadis yang menjadi kembang desa karena kecantikannya. Anak gadisnya inilah yang selalu disuruh-suruh oleh Pak Mani untuk melakukan semua pekerjaan rumah yang harusnya dilakukan oleh laki-laki, seperti mengecat tembok dan mengangkat atau memindahkan barang-barang berat seperti lemari. Saking pemalasnya Pak Mani, menyalakan salkar lampu yang ada diatas kepalanya pun beliau menyuruh anak gadisnya karena beliau malas untuk berdiri dari singgasananya untuk bermain game.
Pak Mani memiliki impian yaitu ia ingin mempunyai sebuah mobil Jimny yang dimana hal itu adalah hal yang diinginkannya sedari dulu. Tetapi sampai sekarang beliau tidak membelibeli mobil impiannya itu karena malas untuk mencari mobilnya. Mobil yang dimilikinya saat inipun yang mencari adalah adik iparnya karena kasihan dengan istri Pak Mani yang setiap pergi ke kantor selalu ikut dengan temannya.
Pada suatu hari, Pak Mani di diagnosa menderita penyakit stroke. Ia tidak bisa menggerakkan kakinya dan hanya bisa mengerakan tubuh bagian atasnya saja. Untuk ke kamar mandi pun, ia masih mengharap anak ataupun istrinya untuk menggotong padahal mereka sudah menyediakan skateboard untuk Pak Mani kalau beliau ingin ke kamar mandi. Sang istri sudah mencoba berbagai macam cara supaya beliau sembuh. Berkali-kali sang istri mendatangkan dokter untuk menyembuhkan penyakit Pak Mani. Para dokter megatakan karena kebiasaan Pak Mani yang selalu malas bergerak dan juga karena terlalu sering minum kopi. Ia tidak peduli dengan petuah dokter yang menyarankannya untuk bergerak perlahan-lahan agar kakinya bisa digunakan dan lebih memilih untuk tidur dan bermain game serta mengerjakan pekerjaannya dari rumah disbanding repot-repot menuruti apa kata dokter.
Karena sudah sangat jengkel dengan tabiat suaminya, sang istri yang sabar itupun menjadi murka, ia ingin menceraikan Pak Mani dan mengancam akan mengantar Pak Mani kerumah ibunya karena sudah lelah dengan sikap Pak Mani. Akhirnya, Pak Mani pun luluh dan berjanji kepada istrinya bahwa ia akan berusaha bergerak pelan-pelan. Sang istri pun selalu menemani Pak Mani dan menuntunnya perlahan agar Pak Mani tidak jatuh. Setelah berbulan-bulan melakukan terapi, akhirnya Pak Mani dinyatakan sembuh dan bisa beraktifitas seperti biasa. Ia kemudian menepati janjinya dan setelah sembuh Pak Mani menjadi lebih produktif daripada sebelumnya. Ia Rajin pergi ke kantor dan ia selalu membantu istri dan anaknya jika mereka membutuhkan bantuannya. Kini, mereka menjadi keluara harmonis yang selalu kompak di setiap situasi.
Pesan yang bisa didapat dari cerita ini adalah jika kalian masih dalam kondisi yang sehat secara jasmani, janganlah kalian menjadi seorang yang pemalas seperti Pak Mani karena jika sudah sakit, maka diri kita jugalah yang akan menderita.
