Dari balik jendela lembab akan hangat kemarau sepasang mata menatap kagum,
Empat detik berlalu ..
"Aku sangat iri padamu rumput hijau"
walaupun banyak khalayak yang menginjak-injak, mencabik-cabik, dan bahkan tak jarang meludahimu Namun kau sangatlah mulia~
tak ada sekalipun kau membalas perbuatan kejam tak berhati yang dilakukan padamu itu.
Aku kagum padamu rumput hijau,~
Saat setiap rintik hujan perlahan-lahan berubah derai menerpa tubuhmu bersamaan angin yang melengkapi setiap derai yang jatuh bagai ikut membekukan,
Namun tak ada sekalipun ku dengar kau berkeluh tentang tubuhmu yang dingin membeku,
Bahkan yang ku lihat kau malah sangat menikmati eufoni setiap derainya~
dan makin bersemangat tumbuh dengan lebatnya seolah bagai tabir untuk melindungi si tanah.
Aku kagum padamu rumput hijau,~
Saat si pengembala datang tak diundang bersama hewan ternaknya,
kau dengan suka rela memberikan tubuhmu sebagai santapan untuk hewan-hewan ternaknya yang mungkin takkan pernah mengingat jasamu ini.
Aku kagum padamu rumput hijau,~
Kau mampu memberikan kesejukkan bagi setiap insan yang haus akan keteduhan kamuflase ephemeral.
Entahlah.. memang susah dimengerti,
Padahal sama-sama makhluk berhati.~
Oh Rumput hijau..
Aku baru ingat kau juga sempat berpesan,~
"Berbuat tidak adil lebih memalukan daripada menderita ketidakadilan.~
Ketahuilah bahwa orang yang baik hati lebih bernilai daripada yang cuma bermahkota di kepala.~ Dan nikmatilah hidupmu sendiri tanpa banyak membandingkannya dengan hidup orang lain karena bisa saja hidupmu lebih hebat daripada orang yang kau bandingkan itu"~
Terima kasih rumput hijau..
Kebaikan mu akan selalu terkenang..
~
📝Khofifa Nurul Magfirah Maspeke
Gorontalo, 27 juli 2018 [15.07 pm]