Di kampus ini, Salemba
tempat aku sengaja mengudar rasa
rindu terhadapmu, menebuk dalam dada
dan menjelma menjadi cinta pada pandangan kedua
meski agak telat bagai makmum masbuk pada rakaat pertama
namun kuteruskan saja sebagai rukun peribadatan renjana.
Cinta mungkin saja butuh sementara kala
kubiarkan agar mengendap dan merayap di sela senyap kata,
tanda tanya hingga kalimat pembuka tegur sapa.
kemudian guguran daun pohon angsana
berderai tepat di atas kepala
barangkali sebuah pertanda baik untuk kita
menyegerakan jawaban paripurna untuk bergenggam asmara.
Cinta mungkin saja butuh sementara kala
tetapi ia tak selamanya mengada
dan ketika masa menunai ikrar seia sekata telah tiba;
--berpasanglah hati kita, berlapanglah sukacita.