TUTURAN LENTUR PERIHAL CERITA DARI DAPUR
Resensi
Kutipan Resensi TUTURAN LENTUR PERIHAL CERITA DARI DAPUR
Karya khsnrsfnd
Baca selengkapnya di Penakota.id

TUTURAN LENTUR PERIHAL CERITA DARI DAPUR

 

 

Judul            : Cerita dari Dapur

Penulis           : Yahya Andi Saputra

Penerbit         : Teras Budaya

Cetakan         : Pertama, September 2020

Tebal             : vii + 140 Halaman

ISBN              : 978-602-5780-78-3


 

Khalayak sastra Betawi sudah sepatutnya berterima-kasih serta mengapresiasi dengan sepenuh hati atas dirilisnya kitab puisi gres yang ditulis oleh Yahya Andi Saputra pada median kuartal ketiga tahun 2020 kemarin. Pria Betawi tulen kelahiran Kampung Gandaria, Jakarta Selatan 60 tahun silam ini bisa dibilang sosok yang lengkap dalam khazanah budaya Betawi—wabilkhusus pada ranah sastra lisan maupun sastra tulisan.


Kitab puisi gres dari pria yang akrab disapa dengan Cang Yahya berjudul “Cerita dari Dapur”, adalah buku kumpulan puisi keempat setelah sebelumnya didahului oleh Gelembung Imaji (1999), Sihir Sindir (2016), Jampe Sayur Asem (2017). Kitab puisi “Cerita dari Dapur” terdiri dari 92 “surat” puisi dan dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan masa penulisannya yaitu “Negeri Ngilu (2018)”, “Negeri Miring (2019)” dan “Onrust, Senja dan Maria (2020)”.


Pada bagian satu—Negeri Ngilu, pembaca akan menemukan 29 “surat” puisi yang didominasi oleh suasana sendu, entah itu ratapan ayat-ayat kelu dari sudut pandang penyair sebagai pengamat dari situasi sosial politik yang cenderung mendiskreditkan golongan masyarakat yang termarginalkan seperti dalam puisi berjudul “Anak-Anak yang dirampas” ; kebencian ditutupi kebencian/kebohongan ditutupi kebohongan/begitulah suatu masa pembenci dan pembohong/dijadikan sesembahan dijadikan sajenan. Atau bait-bait elegi yang mencerninkan tangis dan kedukaan tak terpermanai dalam “Puisi Anak-Anak Yaman”; kami samasekali tak berdaya ibarat nyawa meregang sekarat/ dengan cara apa kami berbesar kepala di hadapan penguasa mukjizat. Kedua puisi tersebut ditulis dengan pengaruh puisi lama ala mantra yang memang sangat dikuasai oleh cang Yahya Andi Saputra sebagai praktisi Sahibul Hikayat Betawi, diksi yang dipilih tampak tertib dan rapat mengejar rima akhir meski tak berupaya menghadirkan metrum yang ketat sebab tujuan utama puisi tersebut adalah mengedepankan isi. Sedangkan dalam puisi “Tiada Habis Cinta Hingga Tiada” aku-lirik tampak cair-mengalir bercerita tentang patriotisme pada negeri tercinta yang dibalut dengan gaya prosa liris dan tentu saja masih dengan anasir sihir sindir kepada liyan yang berkuasa ; di banyak lipatan tahun membiak maniak berwatak tengkulak berkacak pinggang mengacak-ngacak gemulai keratuanmu.


Pada bagian kedua—Negeri Miring, ada 28 “surat” puisi yang sebagian besar isinya malah menyasar pada upaya aku-lirik yang mencoba romantik, sekaligus komikal dan ironis ala Joko Pinurbo, hal ini bisa dilihat di beberapa puisi misalnya “Mengenang Kenang”; kau genggam tanganku di pinggir danau berisi buaya/ matahari alangkah ramah indah menghidupkan bunga/”ih, buaya ucapmu mengeratkan genggaman bahagia/kini kita kembali ke Ragunan di tempat yang sama/kamu menggendong cucu girang tertawa/”ih, masih ada”, ucapmu di pinggir danau berisi buaya. Ada pula sajak yang mengingatkan pembaca dengan gaya eyang Sapardi Djoko Damono pada masa “Ayat-Ayat Api”, yaitu sajak yang berjudul “Ayat-Ayat Bohong” yang bait pembukanya berbunyi; telah kamu sempurnakan ayat-ayat bohong dan tipu/kamu jadikan landas pijak meraih arah yang dituju.


Bagian ketiga—Onrust, Senja dan Maria, berisi 36 puisi dengan tema beragam, ada tema historis seperti dalam puisi “Gedung NILMIJ”, “Jakarta 1945” dan “Onrust, Senja dan Maria”, tema kuliner “Kisah Manisan”, “Cerita Sambal Gowang” dan “Hikayat Sayur Besan” dan tak lepas pula puisi “Cerita dari Dapur” yang bergaya prosa liris, berisi perihal pengamatan penyair pada gejala sosial-budaya paska kolonial di kalangan milenial yang mulai melupakan adat dan tradisi luhur leluhur—dalam hal ini perihal memasak—karena serbuan modernitas yang sebegitu masif dan simultan lewat teknologi gawai genggam—yang menjadi judul kitab kumpulan puisi ini.


Kitab kumpulan puisi “Cerita dari Dapur” bisa dikatakan sebagai kitab puisi tuturan paling lentur lewat bentuk yang lumayan ajeg juga gaya ucap yang pas dari puisi dan sajak yang telah ditulis Cang Yahya Andi Saputra, di mana dalam hal ini, beliau sudah cukup piawai memanfaatkan parole kepenyairannya lewat penggunaan diksi dialek Betawi, daya kepengrajinan yang tekun serta kemahirannya memasukkan unsur folklor serta teknik narasi mantra ala Sahibul Hikayat yang dipindahkan ke atas kertas. Karya sastra seperti ini, wajib diperkenalkan dan diakrabkan kepada generasi milenial terutama kaum muda Betawi sebagai salah satu modal dalam mempertahankan keberlangsungan budaya Betawi itu sendiri agar tak mati perlahan seperti nyala obor yang terpercik tempias laku modernitas.

 

 

 

01 Mar 2021 01:52
160
Jalan Kompleks Japos, RT.001/RW.014, Paninggilan, Kota Tangerang, Banten, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: