lewat tengah malam.
Cerpen
Kutipan Cerpen lewat tengah malam.
Karya krnnatalia
Baca selengkapnya di Penakota.id

Suara klakson kendaraan yang saling bersahut-sahutan usai lampu lalu lintas berganti menjadi hijau lantas menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya. Ia kembali melaju dengan motornya sembari mengedi-ngedipkan mata, sebab cahaya lampu mobil di depannya yang berwarna putih itu sangat terang, nyaris membutakan.

~

Kemudian laki-laki itu tiba pada lampu lalu lintas selanjutnya yang berhenti pada lampu merah. Ia menengok jam tangan di pergelangan tangannya, lalu ia mendapati bahwa sudah tengah malam. Tak banyak kendaraan yang juga berlalu-lalang di sekitarnya, namun, ada satu, dua, dan tiga motor yang turut berhenti sejajar dengan laki-laki itu. Salah satu darinya adalah seorang pengemudi ojek online yang terlihat sudah paruh baya.

~

Laki-laki itu tak sengaja melirik ke arahnya, lalu sedetik kemudian pandangannya justru memandang jauh pada jalanan gelap. Sekejap ia diserang semacam kerinduan pada entah.


“Sialan!” dia membatin.


Para pengendara motor lain tampak menunggu munculnya lampu hijau. Kira-kira sudah hampir 30 detik mereka masih berdiam di sana. Anehnya, pada jalanan yang sepi, kenapa tak ada satupun yang tetap melaju tanpa mempedulikan lampu lalu lintas?


Sesaat kemudian bapak paruh baya pengemudi ojek online tadi mengajak beberapa pengendara lainnya mengobrol. Laki-laki itu berniat untuk menyapanya juga. Obrolan ringan saja yang ingin ia ucap-ucapkan. Seperti dari mana hendak ke mana. Namun, niat itu diurungkannya. Dia memilih untuk menghilang kembali dalam lamunannya sembari memperhatikan lampu lalu lintas yang dalam hitungan beberapa detik, akhirnya berganti menjadi hijau.


~

Laki-laki itu kini melaju pelan. Di dalam pikirannya, ia tahu, kota ini dihuni oleh seorang perempuan yang menyukai kucing.

“Jangan lagi!” laki-laki itu memekik pelan. Seruannya yang tiba-tiba memunculkan sedikit embun pada kaca helm-nya. Dia panik karena pekikan itu keluar dari mulutnya tanpa ia perintah.


Dalam kekesalannya pada dirinya sendiri, terbayang seandainya kota itu tidak ada. Jika tidak ada, tentu perempuan itu tidak ada. Dan kucing-kucing yang perempuan itu cintai juga tidak ada. Dengan begitu, ia tidak perlu merindukan hal-hal yang tidak sepenuhnya bisa ia pahami. Sesuatu yang aneh baginya.


Laki-laki itu kembali berhenti di depan lampu lalu lintas. Namun sepertinya, kini sudah tak lagi beroperasi. Sisi kanan kiri-nya terasa seperti kota mati. Laki-laki itu tak peduli. Ia hanya ingin berhenti di situ sebab jalanan itu yang dulu kerap ia datangi bersama perempuan pecinta kucing. Menyeberangi jalanan itu pada sore hari, sembari menggenggam pergelangan tangan perempuan itu. Memastikan bahwa ia tidak tertinggal jauh di belakang.

~

Dalam diamnya, laki-laki itu meraba kaca helm-nya yang dingin dan ber-embun. Dingin, seperti pipi seorang perempuan sehabis menangis. Ia ingin mencubit kaca itu, dan ia bayangkan ada senyuman yang pertama kali ia lihat. Senyuman yang hanya diperuntukkan kepada laki-laki itu. Jauh sebelum laki-laki itu mematahkan hatinya.



06 Feb 2021 19:26
155
Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
3 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: