merayakan kehilangan.
Cerpen
Kutipan Cerpen merayakan kehilangan.
Karya krnnatalia
Baca selengkapnya di Penakota.id

Pelan.

Satu per-satu.

Serentak semua langkah kaki bergerak menuju ke depan.

Sesaat lagi terdiam. Sebentar lagi bergerak, semakin maju.

~

Aku melihat semua orang masih berdiri dalam satu antrean yang sama.

Tak ada seorang pun yang berani menyela, atau bergeser supaya dapat terlihat sampai sejauh mana antrean ini. Atau setidaknya tahu di mana ujungnya.

~

Semua khalayak datang dari berbagai umur. Dari kanak-kanak, dewasa, hingga tua renta.

"Sebenarnya, kita ini sedang mengantre apa sih, Pak?" tanyaku pada Bapak yang berdiri mengantre pula---tepat di depanku.

Bapak memalingkan wajahnya dan menunduk ke arahku.

"Bapak juga tidak tahu."


Bahkan Bapak tidak sanggup menemukan alasan mengapa kami semua di sini.

~

Hanya saja semua orang-orang ini---selain Bapak, terlihat asing di mataku. Aku hanya bisa menilai umur mereka dari postur tubuh serta warna rambut. Rambut yang lebat pasti ia masih muda. Atau rambut putih yang sudah beruban pasti adalah kakek-kakek atau nenek-nenek lanjut usia. Mereka sepertinya dilupakan oleh keluarganya.

~

Beruntung aku datang kesini bersama Bapak. Namun, bagaimana bisa aku berakhir di antrean ini? Bagaimana mulanya?

Apa akan ada hadiah menarik yang kami dapatkan usai kami mencapai garis antrean terakhir?


***

Pelan.

Satu per-satu.

Serentak semua langkah kaki bergerak menuju ke depan.

Sesaat lagi terdiam. Sebentar lagi bergerak, semakin maju.


Aku melihat jumlah kerumunan di antrean ini semakin sedikit. Sebentar lagi aku akan bisa melihat ujungnya.

Bapak maju selangkah lagi, sebelum tiba pada ujung dari antrean ini, ia sempat menoleh ke arahku.


"Nanti kita bertemu di sana, ya." sahut Bapak.


Hanya sekejap Bapak melangkah, lalu menghilang.


Kini giliranku.


Aku memantapkan kedua kakiku untuk maju satu langkah lagi. Dan, sampai.


***

Namun tidak ada apa-apa setelahnya.

Tidak ada kejutan atau hadiah yang kupikir sebelumnya ada.

Tidak ada orang-orang itu.

Tidak ada Bapak.

~

Aku tak dapat melihat apapun---selain suara-suara yang semakin lama semakin mendekat di telingaku. Perlahan-lahan mulai terdengar satu kata, lalu satu kalimat. Terasa asing di telingaku seolah itu bahasa baru. Namun lama-lama aku ingat pernah mendengarnya di suatu tempat. Pelan-pelan, lalu kini mulai jelas.


Suara rapal do'a mengiringi kesadaranku yang kini sudah pulih. Seseorang memelukku dengan erat. Ada setetes air yang entah datangnya dari mana, menjatuhi wajahku.


Suara rapal do'a terhenti seketika, saat perlahan-lahan aku mulai mengingat semuanya. Saat itulah, aku mulai mencari Bapak. Dengan kuat aku meneriaki namanya, namun hanya ada suara tangis yang menjawabnya.


Seketika aku ingat tentang antrean itu.

Mungkin Bapak memang tidak akan ada lagi di sini, sebab ia telah tiba di sana lebih dulu.


10 Jul 2021 18:35
63
Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
3 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: