Ada banyak kisah yang ingin kutuliskan,
namun seketika redam--
kala tanganku mulai menggenggam pena.
Sama halnya ketika mencintaimu;
~
lisan pun, memilih untuk diam.
~
Entah sudah berapa ribu prosa yang telah kutuliskan untukmu.
Rasanya, aku ingin sejenak berhenti untuk bercerita.
Cukup diam di sini, memandangimu dari kejauhan.
~
Aku kehabisan kata-kata,
kemampuanku untuk menciptakan diksi yang rumit serta magis secepat itu menghilang.
~
Hingga aksara mampu menjelma bak rantai--~
yang membungkam seluruh isi hatiku.
~
Aku tak menaruh harapan lebih pada ragamu,
sudah cukup hanya menyaksikanmu
dari jarak sejauh ini.
demi melihatmu bahagia,
meski bersama dengan orang-orang yang tak kukenal.
~
Sebab, senyum dan bahagiamu.
~
ialah obat.
~
bagi setiap perkaraku.
~
Dan sayangnya,
kau tak perlu tahu
siapa aku,
~
dan bagaimana bisa sedalam ini aku mencintaimu.