Ramadhan kali ini berbeda
Tidak ada semarak-semarak seperti tahun-tahun sebelumnya
Masjid-masjid begitu sepi penghuninya
Alunan ayat-ayat sucipun semakin samar tak ada gemanya,
Sungguh, ramadhan kali ini benar-benar miris menyayat hati
Tak kutemui lagi takjil-takjil yang biasanya berjualan di sore hari
Takku dengar lagi keramaian anak-anak yang berebutan mic untuk mengaji
Tak ku jumpa lagi serangkaian silaturahmi dan bukber temu alumni
Tak ku dengar pula suara kentongan yang biasa membangunkan sahur dini hari
Ah. Meski hakikatnya rutinitas semarak Ramadhan hanyalah secuil duniawi.
Tak apa-apa. Meski berbeda,
Ramadhan kali ini begitu sangat istimewa
Ia mengajarkan kita makna sabar atas segalanya
Bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga
Atau bahkan hanya sekedar menunggu adzan Maghrib tiba
Ia mengajarkan kita agar meresapi takdir-Nya
Meminta kita agar khusyuk dalam beribadah kepada-Nya
Meminta kita agar tidak jemu berdoa kepadaNya
Lagi-lagi,
Meminta kita agar segera kembali kepada-Nya.
Oh Tuhan.
Apakah bumi-Mu muak kepada kami
Apakah alam-Mu sudah terlalu tua untuk kami tempati
Ataukah semesta-Mu sudah lelah menyaksikan perlakuan kami
manusia-manusia jahanam yang menyepelekan kekuasaanMu, wahai Robbul Izzati
Lantas, kini Engkau dengan mudahnya mengirimkan makhluk tak kasat mata yang sangat binasa
Hingga jutaan jasad bertebaran dimana-mana
Derasan air matapun membanjiri dunia fana
Tuhan.
Engkau yang menurunkan pandemi ini, Engkau pulalah yang akan mengangkatnya.
Kami memohon ampun kepada-Mu
Kami suka lalai dan meninggalkan syari'at-Mu
Hingga Ujian-Mu benar-benar datang di tengah bulan suci ini
Lagi-lagi Tuhan.
Semoga semestaMu segera membaik dan kembali seperti sediakala.