Senja itu terasa redup
Tidak seperti senja biasanya
Yang penuh kemilau lembayung keemasan
Entah kala itu berupa remang dan suram
Kita terdiam seribu bahasa
Pikiran berkecamuk tak karuan
Sudut bibirmu kelu dan beku
Seakan enggan untuk meminang segurat senyum
Kupeluk erat dirimu di atas kegundahan meremukkan jiwamu
Serasa hatimu bergemuruh mengalahkan deru ombak pantai
Aku berada pada perbatasan rindu
Yang dipagari oleh besi-besi tajam
Diperbatasan itu pun rinduku terhenti
Kebisuan dalam Sajakku
Kata per kata kurangkai
Berharap ada yang dengarkan kataku
Walau akhirnya kuketahui kataku ini bisu
Telah kurangkai berjuta sajak-sajak lara
Kubuat agar menyudutkan hatimu
Engkau tetap tidak peduli
Akan dirimu yang hampa ini
Sepucuk surat lusuh kutemukan
Berisikan tentang siapakah dirimu sebenarnya
Penakupun tak mampu melukisnya
Setelah aku memahami bahwa engkau cuma bayangan semuku
Aku dan Resahku
Dalam bait lagu yang kugubah
Terselip namamu diseperkian waktu yang bberubah
Meramu meraja lalu melara
Sehingga hatiku berlari juga
Pelan namun pasti
Kembali kurapat namamu dalam cakrawala sunyi
Ternyata resahku menawan
Seolah narapidana dalam pelarian
Yang tersurut lalu kering
Kembali menerjang karang
Dekap hangat sang petualang
Pulang ke Hatimu
Aku hanya sepintas menatap binar matamu
Seperti bintang di sela-sela awan malam
Jauh tatapmu tak kuhitung depa langkahku
Bila kulihat engkau terbang
Kutahu sayapmu telah mampu menentang angin
Maka jika badai kau dengar derunya
Berhentilah sejenak, cari tempat hinggap
Yang tak rapuh untuk berteduh
Dulu, duu sekali saat kau membuka pintu kamarmu
Engkau membuka mata mudamu
Dari mulut mungilmu yang harum
Kucium bau mimpi yang renyah
Lalu kita senandungkan puji-pujian
Dan harapan memetik bintang
Semalam, sengaja kulihat bintang-bintang
Yang bertebaran di balik awan
Ada binar matamu mengembang
Lalu kudengar senandung di kejauhan
“Pulang, bukankah seperti buih yang telah hilang
Seperti gelap malam yang segera terang
Dan bintang-bintang bukankah jauh di awan
Hanya dipetik dalam impian
Setia saja menghamburkan rindu ke dalam pelukan
Seperti embun yang turun sepanjang malam”
Pintu yang bercahaya
Dengan bayangmu membara