Rasa Campur Aduk yang Payah
Cerpen
Kutipan Cerpen Rasa Campur Aduk yang Payah
Karya laxuadnmp
Baca selengkapnya di Penakota.id

Lagi-lagi berita yang terherankan datang di negaraku dengan menancap keras di paradigma masyarakat semua kelas, aku menepi dalam sadar dan mengingat begitu banyak permasalahan di negara ini lalu lalalng dalam media masa, rupanya aku terlalu memperhatikan permasalahan yang mengapung di udara, sehingga aku lupa dalam diriku banyak menancap permasalahan yang perlahan membunuh jiwaku pelan-pelan, dalam ingatan, pikiran benak maupun segala zaman yang pernah aku habiskan, hingga sekarang telah sampai dan melewati zaman peralihan, layaknya garis yang menjulang aku bersimpuh setelah matahari pulang saat itu di hadapan lukisan teras rumah.




Aku hanya memperpanjang sebuah permasalahan, karena itulah aku mulai mengerti arti dari kecilnya bunga melati tetapi harumnya di agungkan, berjalan setelah lantunan keAgungan tuhan di atas kepala sepenggal lewat mikrofon tangan bapak pengayuh sepeda pembawa kudapan, tangga nada pun terlantun di speaker kecil di sebuah kedai kopi dengan pilihan cita rasa dan beberapa cara sajiannya dari cara lama hingga yang paling baru dengan tidak menghilangkan aroma asli yang berkecamuk dalam pahitnya, lalu batangan demi batangan yang aku habiskan di malam itu menerjang masuk kedalam rongga mulutku, beriringan sari-sari kopi dan tembakau dibumbui cengkeh pilihan layaknya yin&yang yang saling menyesuaikan degup jantung masih sama memompa dalam beraturan.




Menyesuaikan detik jam dinding yang aku pantau di sebelah televisi dengan siaran tinju seakan aku ingin bertarung dengan ingatan ini, lalu lalang manusia yang berdatangan di kedai ini layaknya pergantian hari semakin cepat semakin riuh dengan beberapa pembicaraan seputar kehidupan, konotasi naik turun disini ada yang berbicara sekolah, kuliah, skripsi, pekerjaan, cinta, zaman, dan sebuah tempat tinggal hingga tempat ziarah, aku menyesuaikan bakaran tembakau yang dikirim temanku kemarin rasanya ingin aku membakar lebih cepat dan menggulung papir dengan rasa saus import dari negara adidaya, aku berubah seperti penunggang kuda di teksas mengayunkan tali dan menali simpul dengan baik, lalu seseorang melintas anggun di hadapanku dengan langkah kaki yang sederhana, rasa takjub bercampur ingin kukenali tangannya yang melambai sepertiga naik itu.




Orangtuanya berhasil membesarkannya dengan cinta karenya wanita itu gemulai dan tinggi semampai menembus harap ubun-ubunku rupanya dia duduk di arah jam 11, dari arah menyorot satu-persatu manusia di sekeliling lalu aku memperhatikan pembicaraan di sekitar mataku tertuju melihat manusia yang lainnya, lalu terhenti di jam 11 itu menatap perlahan dari mata hingga hidungnya yang kutahu bahwa ini bukanlah hasil peremajaan negaraku, pandangan teralihkan oleh sebuah suara yang terdengar halus di telingaku mengapa akhir pekan sangat menjanjikan kebahagiaan bagi pekerja, pekerja murung karena pekerjaannya, keluhan melintas beriringan, tuntutan ikut mengantri, harapan menunggu di penghujung PHK, curahan seorang pekerja layak seperti robot bernyawa hanya saja memiliki akhir pekan dengan kata istirahat yang menjadi modal untuk memulai pekan dengan tenang, ingat kata isi ulang, jika rasa bosan adalah sebuah kekosongan, maka akan di susul oleh penyegaran jiwa yang tentunya bukanlah spiritual karena tidak ada bimbingan bagi pekerja selain dirinya sendiri.




Pekerja berpindah dari kedai kopi menuju kedai whiskey dan tersedia beberapa jajakan dentuman musik EDM elektronika 100% menghilangkan sejenak rasa bosan 6 hari mengecup layar 14 inci depan mata, botol beling dipesan dari sebuah bar ada kesamaan bentuk, maupun kemasan dengan setiap pagi dari senin hingga sabtu di lobby tempat absen sidik jari para pekerja, lalu dipergantian botol beling yang dicekik ada juga sidik jari lalu bedanya hanya dalam kesenangan yang menggelintir menghimpun menjadi derita ketika kesadaran hilang ketika gelas saling bertabrakan pertanda ke bersamaan agar jatuh bersamaan pula. Dan hanya pakaian saja yang berbeda menghiasi tidak seragam ketika menenggak kesenangan lampu kemerlip mengarahkan ke beberapa sudut pikiran memadati keriput selaput saraf di otak masing-masing, di manakah kesadaran ? tak menimbang korelasi di keduanya ataukah hilang bersama asap sisa tembakau dan saus adidaya yang seperti senjata menyerbu kencang ke paru-paru perokok sepertiku hingga dinaikan oleh rasa pahit memompa debar jantung.



Dan akhirnya aku menepi bersama pekerja di belantara batas impian yang lumayan rumit, menuju hampa dengan terasa.

29 Mar 2018 23:29
213
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: