~Aku masih belum bisa melepas ikhlas kata berpisah atau term semacam itu. Atau juga kalimat panjang yang intinya adalah untuk mengakhiri sebuah hal yang sudah dimulai dengan sungguh pada kurun waktu beberapa bulan sebelum hari ini.
~Perpisahan, kehilangan menjadi menyakitkan hanya karena aku merasa memiliki. Meski kemudian aku tahu kita sama sekali tidak berhak, bahkan atas diri kita. Aku hanya meminjam diri ini kepada yang Haqq memiliki. Yaitu Allah. Lantas mengapa aku masih sakit? Karena maqom ku belum sampai kesadaran itu.
~Jadi aku masih ingin tetap membahasnya.
~Kepergian mu dan alasan alasan yang kau sodorkan ada karena memang engkau ada adakan itu, segala apa yang kau sampaikan akhirnya membenarkan sendiri alasanmu dan bahkan menggiring orang lain untuk membenarkanmu. Maka apapun yang keluar dari mulut ku untuk mempertahankan akhirnya kau tanggapi dengan penolakan.
~Padahal kesejatian dari alasanmu adalah karena kamu menyerah atas proses panjang yang kita ikhtiarkan dan kamu ingin pergi.
~Begitu bukan?
~Jika memang tidak?
~Bukankah seharusnya memilih untuk berjuang lebih keras? Padahal kau tau persis dan mengakui, kebersamaan dengan ku justru yang bisa membantu mu.
~Bukankah jika kita manusia yang hina mengharap surga kita akan berjuang, tidak lantas mundur? Karena kita tahu yg baik bagi kita adalah surga.
~Bukankah jika sangat miskin tidak punya speser uang pun untuk makan, dan kita lapar, butuh makan, makan adalah hal baik, apakah kemudian kamu akan mundur dari usaha mencari makan?
~Bukan kan itu sama dengan posisi dan kondisi kita?
~Bukankah apa yg kita cita citakan baik untuk kita, hari ini jika kita belum mampu, kenapa kita tidak berjuang lebih keras? Untuk menjadi pantas, dan siap menanggung segala hal pahit dalam proses berjuang itu, karena ada yg diyakini ada hal manis selepas perjuangan panjang.
~Lantas kenapa kamu menyerah?
~Karena lelah?
~Karena sakit?
~Karena tidak ada keyakinan akan hal baik di depan sana?
~Aku sebagai alasannya bukan? Yang kau kambing hitamkan. Meski sebenarnya aku yang sama sekali tidak masalah kenapa jadi masalah?
Kecuali karena kau memang mau mempermasalahkannya.
~Aku mengutuk.
~Sejatinya keputusan ku melepas hanya karena aku ingin sama sama memberi ruang jeda memahami ulang.
~Mungkin memberi waktu adalah yang terbaik. Karena keinginanmu begitu. Kau lelah dengan ku, aku tidak bisa membantu apapun kamu, aku hanya membuat mu tambah berat dengan adanya aku.
Aku tahu.
Mungkin kau lebih bebas tanpa ku.
~Sekalipun sakit, tapi aku tidak masalah. Asal baik bagimu, lega hatiku.
~Kamu butuh waktu untuk berpikir lebih dari sebelumnya.
Dan mungkin akan bertindak lebih dari sebelumnya.
~Namun sejatinya itu tidak berarti apapun untukku, selain hanya pada kamu yg penting dan yang akhirnya menjadi penting dan berarti juga untukku.
~Kamu tahu?
Aku masih sebodoh ini berdiri disini.
Kediri, 18 Mei 2019
#roo