Dear ayah
Bagiku sehabat apapun seseorang yang mencapai puncak semeru, maka ayah lebih hebat.
izinkan aku menulis surat ini untuk ayah, dan semoga ayah suka membacanya.
Ayah dulu pernah bilang “jangan jangan kau akan menjadi orang paling sedih sedunia jika tidak kuliah tahun ini”. Ayah keliru, malam ini saat sendirian di kamar, saat aku menyedari betepa aku tidak pernah membahagiakan ayah. Aku bahkan mendapatkan IP yang buruk selama 2 semester pertama kulliahku. Saat aku mendapatkan ip yang jelek di semester 1 ayah bahkan sudah malas memarahiku, dan lebih parahnya lagi aku tidak tahu kalau ayah hanya berpura pura tidak marah. Ayah memendam amarah ayah sendirian dan aku dengan santainya lanjut ke semester 2 dengan iming iming akan berubah.
Maafkan aku ayah, bahkan di semester 2 aku belum menyadari betapa waktuku terbuang dengan hura hura, aku tak menyadari aku telah menyia nyiakan pengorbanan ayah. Aku malah senang mendaki gunung kesana kemari di semester 2 , lebih parahnya lagi aku bahkan dengan bangga bercerita pada ayah tentang pengalaman aku mendaki. Ayah, seharusnya aku menurut pada ayah saat ayah melarangku mendaki, seharusnya aku menyadari bahwa ayah hanya berpura pura suka saat aku bercerita tentang gunung.
Ayah benar, aku tidak akan lulus cepat dengan hanya mendaki gunung, ibu juga benar seharusnya aku fokus belajar dan berusaha mendapatkan IP tinggi agar kalian bahagia. Ibu sangat benar jika aku sudah sukses memakai toga dan bisa membahagiakan kalian aku bisa menghasilkan uang sendiri. Tentu saja setelah itu aku bisa melanjutkan hobbyku mendaki....
Jadi aku putuskan mulai malam ini tidak akan membicarakan tentang gunung, pendakian, dan hal hal yang ayah tak suka lainnya lagi.
Sekali lagi maafkan aku.
Dari penggemar terbesar ayah sepanjang masa.
Elona