oranment
play icon
JEJAK ASA DI GERBANG PENDIDIKAN
Kutipan Cerpen JEJAK ASA DI GERBANG PENDIDIKAN
Karya mabdulbasith6061
Baca selengkapnya di Penakota.id



Dzikri Al Fatih melirik jam dinding di Masjid Pondok Pesantren Darut Tauhid. Pukul 09.00, waktunya istirahat pelajaran diniyah. Ia menghela napas panjang, bosan. Rutinitas harian di Darut Tauhid seolah berputar di poros yang sama: bangun subuh, salat berjemaah, pelajaran diniyah, pengajian lagi, tidur, dan terulang lagi.


"Rozak, tidak bosan kah?" tanya Dzikri kepada teman sebangkunya, Abdul Rozak, yang sedang sibuk mengulang hafalan hadis.


Rozak mengangkat wajahnya yang selalu terlihat tenang. "Bosan apanya, Dzik? Bukannya kamu sendiri yang selalu bilang kalau mencari ilmu itu harus sabar?"


"Iya, sabar, tapi... ya begini-begini saja. Rasanya waktu berjalan lambat sekali," keluh Dzikri sambil menyandarkan punggungnya ke tiang.


Kebosanan itu bertahan cukup lama. Hingga suatu sore, mereka berdua diajak oleh seniornya untuk ikut rapat perdana calon anggota organisasi santri. Awalnya Dzikri dan Rozak hanya ikut-ikutan. Namun, seiring waktu berjalan, keterlibatan mereka di organisasi santri SMA Adzkia Islamic School mengubah segalanya. Dzikri bergabung dengan bidang kepemimpinan dan kaderisasi, sementara Rozak tertarik pada bidang dakwah dan kajian.


Kini, kehidupan mereka dipenuhi jadwal yang padat. Selain pelajaran sekolah dan kegiatan pondok, mereka harus menyiapkan program kerja, memimpin rapat, dan menjadi contoh bagi adik-adik kelas. Kebosanan itu menguap, digantikan oleh kesibukan yang berarti.


"Ternyata begini rasanya," ujar Dzikri suatu malam saat mereka sedang menyusun laporan kegiatan. "Kita sibuk, tapi ada kepuasan. Pengalaman memimpin organisasi itu mahal, Rozak. Rasanya aku jadi lebih bertanggung jawab."


Rozak tersenyum. "Benar. Kita tidak hanya belajar teori di kelas, tapi langsung praktik bagaimana mengurus umat, meski dalam skala kecil pondok ini. Itu bekal yang sangat berharga."


Waktu berlalu cepat, mereka pun tiba di kelas XII. Masa-masa krusial di mana cita-cita untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mulai terasa mendesak. Dzikri ingin masuk Teknik Informatika, dan Rozak bercita-cita menjadi dokter.


Semangat belajar mereka sempat naik turun seperti roller coaster. Ada saatnya mereka begadang hingga larut malam mengerjakan soal-soal latihan, tetapi ada kalanya Dzikri merasa sangat putus asa.


"Entahlah, Rozak. Rasanya terlalu berat. Saingan kita banyak sekali, apakah aku bisa tembus PTN impianku?" keluh Dzikri saat mereka belajar bersama di perpustakaan pondok.


Rozak menutup buku kimianya. Ia menatap Dzikri dengan sorot mata meyakinkan. "Dzik, ingat apa yang selalu kita ajarkan ke adik-adik kelas saat rapat kepemimpinan? Jangan pernah menyerah sebelum berperang. Kita sudah terbiasa dengan kesibukan dan tanggung jawab di organisasi. Itu bukti bahwa kita mampu mengatur diri dan berjuang keras."


Tak hanya Rozak, teman-teman santri lainnya juga memberikan semangat. "Kalau Dzikri dan Rozak yang sudah teruji memimpin organisasi saja menyerah, bagaimana nasib kami, adik-adikmu?" celetuk salah satu junior yang kebetulan lewat.


Suntikan motivasi dari teman-teman pondok itu selalu berhasil membangkitkan kembali api semangat Dzikri dan Rozak. Mereka tahu, kesuksesan bukan hanya milik mereka, tetapi juga akan menjadi kebanggaan bagi keluarga besar Darut Tauhid dan SMA Adzkia Islamic School.


Hari-hari menjelang ujian terasa seperti balapan maraton. Mereka berdua berjuang keras, saling mendukung, dan mengingatkan untuk tidak melupakan ibadah di tengah gempuran materi pelajaran.


Pengumuman kelulusan PTN tiba. Dengan jantung berdebar kencang, Dzikri dan Rozak membuka laman pengumuman. Hening sejenak, lalu terdengar teriakan kegembiraan yang membahana di kamar asrama.


Dzikri Al Fatih berhasil diterima di Teknik Informatika ITB, sementara Abdul Rozak menembus Fakultas Kedokteran UI. Cita-cita mereka tergapai. Mereka membuktikan bahwa kesibukan dan tanggung jawab organisasi bukanlah penghalang, melainkan jembatan emas menuju masa depan impian. Mereka berdua, santri Darut Tauhid, telah menorehkan jejak asa di gerbang kesuksesan.

calendar
13 Oct 2025 03:34
view
13
idle liked
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig