Archipelago
3
SELAMAT KAMU LULUS!!!. Minggu, 3 juli 2018 adalah hari yang ditunggu-tunggu mangku. Hari yang ditunggu-tunggu delapan ratus enam puluh lebih anak SMA setingkatnya se-indonesia. Hari itu adalah hari pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi jalur tes, SBMPTN. Ya mangku adalah salah satu diantara pendaftarnya. Rasa optimisme dan sedikit berdebar dialami mangku. Optimisme karena mangku cukup yakin dengan kemampuannya, dan hanya sedikit kecemasan karena memang SBMPTN kala itu bukan menjadi target utama, melainkan cadangan. Mangku lebih berharap pada hasil seleksi UMPTKIN yang notabene adalah tes masuk perguruan tinggi islam negeri.
Tentu bukan tanpa alasan mangku lebih memprioritaskan perguruan tinggi berbasis islam dari pada perguruan tinggi negeri biasa. Mangku sudah ‘’hijrah’’ kala itu. Sebuah kata yang menggambarkan seseorang yang ingin memperbaiki kehidupannya dengan dasar-dasar dan aturan agama. Ya mangku sudah tobat, bisa dibilang demikian. Berawal dari konten-konten ceramah di youtube yang ia tiap hari tonton. Juga dari beberapa buku agama yang ia miliki, mangku sudah berniat mendedikasikan dirinya pada agama. Juga belakangan ini mangku sering mendatangi kajian dari tiap masjid. Selalu shalat subuh di masjid. Hal yang dahulu mustahil ia lakukan.
Mangku sudah pernah mendapatkan golden ticket untuk masuk STAN, tetapi ia tolak. Ia pernah dekat dengan salah satu pejabat daerah di Kabupatennya. Pak Sinaga, seorang dinas pendidikan dikabupaten kala itu sangat takjub kepada mangku dan berniat memberikan masa depan yang cerah kepada mangku dengan tiket masuk STAN. Mangku adalah anak didik dan pak Sinaga adalah mentor Mangku di sebuah organisasi yang bergerak dibidang pendidikan. Berisikan para anak-anak Osis dikabupaten itu, pak Sinaga mendidik dan meng-coaching anak didiknya dengan tujuan perbaikan pendidikan melalui anak muda, dan diharapkan mereka mampu menggerakan daerahnya. Tentu saja pak Sinaga sudah mengenal Mangku dan tahu akan potensinya. Tapi kala itu bantuan pak Sinaga ditolak mangku. Mangku telah jelas mengarahkan hidupnya kepada agama, apalagi jika ia berkerja sebuah lembaga keuangan yang erat kaitannya dengan riba, tentu mangku tolak. Mangku telah memikirkannya.
Mangku tidak pernah diajarkan soal agama sejak kecil, bahkan bacaan shalatnya saja tidak ada yang mengajari. Mangku belajar sendiri secara otodidak ilmu agamanya, sebelum akhirnya mangku mendapatkan seorang guru agama yang mau mengajarinya dan memperbaiki setiap shalatnya. Yang tertanam dihati mangku pada saat itu adalah sebuah kalimat bijaksana yang dia sendiri tidak tahu siapa yang menyebutkannya pertama kali, ‘’Perbaikilah shalatmu maka Allah akan memperbaiki hidupmu’’, sebuah kalimat yang membawa angin segar. Sebuah kalimat yang mengubah hidup mangku seratus delpan puluh derajat!. Ya bisa dibilang kehidupan mangku yang buruk dan kelam sejak kecil berubah ketika ia memperbaiki agamanya. Itu adalah titik balik hidup dari seorang mangku. Hidupnya perlahan namun pasti mulai menemui jalan terang.
Siang itu dia menanti pengumumannya. Tidak bisa dijangkau!, server terlalu penuh. Yah wajar saja kala itu seluruh pendaftar se-indonesia membuka website itu. Tidak cemas dan sedikit penasaran mangku tetap mencobanya. Mangku kerja di warnet guru IT nya yaitu pak Teja. Pak Teja memberikan mangku pekerjaan juga tempat tinggal. Mangku sudah sebulan lebih kerja di warnet pak Teja. Sebuah warnet yang menjadi tempat tidurnya juga kala itu. Mangku kerja mulai pulang sekolah sampai malam dan menutup warnetnya. Dan memang hanya itu tempat yang bisa dijadikan tempat tinggalnya, tiada rumah. Dia sudah capek berpindah-pindah rumah dan perkerjaan.
Ayu, seorang mahasiswi UPI yang kemudian menjadi teman mangku menawarkan diri sebagai jasa buka hasil pengumuman. Ayu dan mangku tergabung di grub yang sama di Facebook , grub bernama SNM,SBM,UM dan Mandiri adalah grub yang cukup ramai saat itu.
Apalagi disaat-saat seperti ini, tentu banyak pertanyaan seputar kuliah disitu. Ayu menawarkan diri dari grub itu, dan mangku menghubungi Ayu untuk membuka hasil tesnya.
‘’alhamdulillah, selamat yah kamu lulus!’’ sebuah pesan ayu dari chat facebook kepada mangku. ‘’ alhamdulillah, pilihan berapa yu?’’, tanya mangku. ‘’ndak tahu, yang jelas kamu diterima di jurusan Sastra indonesia USU’’,sambung Ayu menyusul bukti Screenshot hasil lulus darinya ‘’ohiya pilihan kedua toh, makasih banyak yah yu..’’, ayu membawa angin segar kepada mangku. Kini jelaslah masa depannya akan kemana. Universias Sumatera Utara!.
Tepat sebulan yang lalu, sebelum mangku fokus kepada perguruan tinggi islam, mangku sangat berharap pada tes Snmptn. Yah sebuah tes masuk perguruan tinggi melalui nilai rapor tanpa ujian. Mangku sangat berharap dan yakin pada potensi yang ia miliki. Terlebih nilai rapornya sangat bagus. Mangku sejak awal masuk SMA adalah juara umum terus-menerus sejak kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Mangku sangat yakin pada nilai rapornya, dan berharap pada itu untuk kuliah. Sejak kelas sepuluh mangku mendapatkan beasiswa disekolahnya sampai tamat, karena mangku adalah juara umum.
Mangku masuk ke sebuah sekolah swasta di kotanya, karena sudah terlambat dua tahun. Mangku sangat berprestasi disekolah dan menjabat sebagai ketua Osis selama dua tahun. Mangku aktif di pramuka. Ini membuat mangku memiliki banyak kenalan baik sesama pelajar maupun pejabat. Mangku punya potensi. Mangku cukup berani tampil didepan umum.
Tetapi saat itu hasil tes Snmptn memupuskan harapannya. Mangku gagal di Snmptn. Yah jika diingat-ingat dia salah menaruh pilihannya. Mangku memilih jurusan sastra dari ketiga pilihannya, hal yang sangat tidak mungkin jika mangku lulus. Mangku sejak SMA adalah siswa dengan juruan IPA, dimana nilai-nilai rapornya tentu saja kebanyakan IPAnya. Saat itu mangku sangat kecewa dan sedih, hampir depresi. Hanya itu kesempatan ia untuk terus lanjut kuliah. Apakah ia hanya berhenti sekolah dan menjadi sebagai penjaga warnet selamanya? Untuk melanjutkan kuliah dengan tes saat itu mangku tidak punya uang, apalagi membayar biaya spp kuliah. Gusar lah mangku. Tetapi semuanya mulai berubah ketika mangku mendapatkan hidayah. Mangku memperbaiki agamanya, dan kehidupannya membaik.
***
Saat itu adalah hari berlangsungnya OSN di kabupaten. Mangku yang masih kelas sepuluh SMA kala itu mewakilkan sekolahnya sebagai pesera olimpiade Geografi. Belum ada peminatan ketika masih kelas sepuluh. Mangku suka pada geografi, hanya itu ilmu IPS yag mungkin ia suka saat itu. Mangku suka pemetaan dan suka mempelajari tentang alam semesta dan segala isinya. Jadilah ia yang mewakili sekolahnya untuk bidang geografi.
Sepuluh menit lagi waktu ujian olimpiade berakhir, tetapi mangku masih menyisakan satu soal lagi. Satu soal yang akan terus di kenangnya sampai sekarang, yaitu bentuk negara kepulauan, atau Archipelago state, sebuah pertanyaan yang dianggap aneh oleh mangku karena sedikit asing dibenaknya tentang ilmu geografi yang ia pelajari belakangan ini. Sampai akhirnya waktu habis dan mangku mengumpulkan jawabannya, tetapi soal tadi masih belum bisa ia jawab.
Sampai keluar dan kembali kerumah, mangku masih penasaran akan archipelago, satu soal yang membuatnya tak bisa tidur. Hingga esoknya hasil juara OSN di umumkan, tidak ada nama mangku di tiga besar, namun diurutan ketiga adalah teman baiknya di pramuka, yaitu Fahmi. Seorang teman mangku yang juga teman belajar selama persiapan OSN tersebut. Mangku kaget, karena merasa bekal mereka sama untuk OSN, dan mangku sangat yakin jawaban mereka sama. Karena mereka satu bimbingan. Dan benar ketika mangku tanya dan periksa lagi setiap soal yang ia kerjakan pada OSN , hanya satu soal yang membedakan mereka, yaitu Achipelago!. Fahmi menjelaskan bahwa dia menjawab soal-soal lainnya seperti jawaban mangku, karena memang soalnya pilihan berganda. Tetapi fahmi mengetahui apaitu archipelago state, yaitu negara dengan banyak pulau dengan kekayan lautannya, fahmi mengetahu ini bukan dari buku geografi tetapi buku novel, karangan Noulis dias, seorang sastrawan italia.
Hal ini tidak membuat mangku kecewa, justru tertarik untuk membaca novel itu. Mangku membaca novel itu dan merasa kisah hidupnya sangat mirip seperti apa yang dituliskan Noulis Dias, bukan tentang pulaunya tetapi filosofi pindah dari pulau kepulau lain seperti hidupnya yang terdampar dari satu rumah kerumah lainnya. Dia dibuang dari rumah paman-paman dan bibinya bergantian, seperti seseorang yang memohon mengemis tempat tinggal. Mangku menyukai archipelago.
***
Telah banyak pekerjaan mangku kerjakan. Sejak ia kabur dari rumah ayahnya, hinggah sekarang mangku lulus sekolah. Dari perkerjaan kasar seperti kuli bangunan, pembuat parit, saluran air, menjadi kernet truck pasir, pembuat batu bata , pelayan cafe hingga penjaga warnet pernah mangku lakukan. Bahkan sejak pertama kali kabur dari rumah ayah, mangku sering mencuri untuk bertahan hidup.
Sangat jelas ketika mangku terakir kali melakukan pencurian dan di kejar-kejar orang sekampung ditengah malam, mangku mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai pencetak batu angin. Malam itu mangku tidur di sebuah kilang batu ketika menghindari kejaran orang-orang. Sebuah kilang yang kemudia mempekerjakan seorang anak kurus cungkring yang kelaparan.
Pemilik kilang bernama pak Totok, merasa iba kepadanya dan menawarkan kerja kepadanya. Pak Totok adalah pengusaha batu angin dari kota Stabat yang membuka usaha batunya di desa Melati. Pak Totok mendapatkan ilmu dan pengalaman usahanya dari jawa. Pak Totok memiliki seorang istri cina muslim. Awal kerjanya mangku sebagai pendempul batu angin kemudian merangkap sebagai tukang belanja pak Totok. Hingga suatu hari pak Totok melihat mangku kasihan. Seorang anak yang harusnya masih sekolah terlihat sangat suram kalau sampai tua harus kerja kasar. Maka pak Totok pun menawarkan Mangku untuk sekolah lagi. Tentu ini disambut baik oleh mangku. Pertanyaan-pertanyaan dan perasaan negatif mangku selama ini akhirnya terjawab. ‘’mengapa dia tidak sekolah seperti temannya?’’.
Menyambung kembali sekolah SMP nya yang pernah putus karena drop out, akhirnya mangku disekolahkan lagi di sekolah SMP swasta di kota, dan tetap berkerja ketika pulang sekolah. Mangku tidak digajih, tetapi diganti dengan biaya sekolahnya, Sampai tamat SMP
(bersambung...)