oranment
play icon
MASOKIS
Cerpen
Kutipan Cerpen MASOKIS
Karya mangkupradana
Baca selengkapnya di Penakota.id

Pernahkah terpikirkan olehmu seorang wanita hidup dengan dua pria yang berbeda dalam tiga tahun pernikahannnya? Hal ini yang telah terjadi pada Bunga.. Hidup bersama dua pria yang bertolak belakang selama bertahun-tahun, tak terbayang bagaimana melelahkannya ia menghadapi dua pria itu. Membayangkannya saja tentu sangat lelah, apalagi yang dirasakan Bunga selama ini? Tentu tak hanya fisik, mental yang paling tertekan hingga akhirnya menghadirkan sosok baru pada Bunga.


Sosok baru yang sangat bertolak belakang dengannya lahir karena pria itu, dan seperti pria itu pula.


***


Sore itu jumat pukul 6 sore cukup lelah dirasa Bunga ketika pulang kerja setelah menghadapi beberapa pelanggan yang cukup mengesalkan. Bekerja di perusahaan gadai swasta sebagai customer service harus membuat Bunga terbiasa menghadapi berbagai macam orang dengan kepribadiannya. Berbicara kepribadian, rumahnya adalah tempat lebih melatih sabar menghadapi itu.


Sampai dirumah membuka gerbang dan melangkahkan kaki menuju pintu rumah sedikit menghilangkan penatnya, terbayang wajah Rafael yang bersahabat, tersenyum hangat padanya sedikit mengangkat kedua alis tebalnya. Wajah suami yang menyayanginya itu sedikit menjadi peningkat mood-nya. Suami yang ia temani lebih dari tiga tahun dan juga menjadi alasannnya untuk hidup. Ia membawakan beberapa botol yogurt kesukaan Rafa dalam kresek yang ia beli di minimarket dalam perjalanan pulang.


Mengetuk pintu “Rafa aku pulang....” Bunga masuk sambil tersenyum mencari keberadaan suaminya. Keadaan gelap dan tanpa jawaban, Bunga berbalik menutup pintu.


“Bruuaaghh...!!”, sebuah tangan memegang kepala Bunga dan menjedutkannya ke pintu yang berada tepat didepan Bunga.

“Rafa siapa...??, siapa kau panggil...?!!” sosok suaminya yang bertelanjang dada berdiri tegak didepannya.

“Daana...” Muka bingung Bunga melotot keatas memandang pria itu.

“kenapa...?, Kenapa Kepalamu berdarah sayaang...? Kamu punya darah...??” Dana membungkuk dan tangannya meraih kepala Bunga yang berdarah. Dua jarinya mengusap darah yang mengucur dipelipis bunga. Dana menyukai darah itu memperhatikan serius dan tersenyum menyengir.


Beberapa detik kemudian tatapannya berubah dan senyumnya menjadi cemberut. “Rafa siapa..!!?”

“Tidak..., aku memanggilmu..., Dana....” Bunga menjawab. Tampaknya tiga tahun hidup bersama tidak lagi membuat wajah Bunga takut pada suaminya itu.


“Apaa ini...? aku tidak suka susu Bunga....,” wajah Dana masih kesal merampas tas kresek yang dibawa Bunga. Berdiri membelakangi dan mencampakannya pada tong sampah. Tubuh tidak terlalu kurus dengan otot dan urat yang mengeras keluar dari kepala dan leher itu tampak menyeramkan untuk siapa saja yang merasa terintimidasi dengannya.


Hari yang sial bagi Bunga di akhir pekan berharap bisa beristirahat dengan Rafa yang menyayanginya setelah sepekan bekerja, malah harus dilalui bersama Dana kali ini.


Teringat pagi hari tadi sebelum berangkat kerja, ia sarapan bersama Rafa sosok kebalikan dari Dana yang sadis. Tadi pagi ia begitu bahagia dan pulang ini ia harus menekan batinnya lagi pada sosok yang berbeda.


Rafael adalah suaminya yang sangat baik, rapi dan tidak pernah kasar. Rafa menyukai tumbuhan seperti Bunga, itu lah mengapa didepan rumah mereka banyak berbagai jenis tumbuhan mereka tanam. Rafa juga menyukai kucing, tiga ekor kucing Ras mereka pernah pelihara bersama sebelum dibunuh Dana, tersisah moly seekor saja.


Selain itu Rafa adalah orang yang yang sangat perfeksionis dan pintar. Rumah dan hidup selama ini adalah karena kerja keras Rafa. Rafa adalah seorang penulis terkenal, dari karya Rafa lah mereka hidup. Itu alasan mengapa suaminya bekerja hanya dirumah. Bunga berkerja untuk mengisi waktu luang, hanya untuk menghindari suntuk dirumah saja dan tentu saja menghindari Dana, sosok yang sangat menakutkan.


Sedangkan Dana adalah tanggung jawab Bunga yang harus ia terima karena sangat mencintai Rafa. Dana juga suaminya bukan orang lain, Dana adalah Rafa. Bunga hanya menikahi seorang pria dan harus hidup dengan dua kepribadian suaminya. Hal ini sudah diketahui dan diterima Bunga, karena hal itu lah ia sangat mengasihi Rafa. Tak pernah ada niat pergi apalagi meninggalkan karena hanya ia yang bisa menerima suaminya itu.


Bunga sangat mengenal Rafa, mereka saling menyayangi karena tak pernah ada niat meninggalkan. Mereka menikah juga atas permintaan Bunga. Rafa pernah menolak untuk menikah karena takut menyakiti Bunga, tapi itulah cinta. Bunga menerima segala keburukan dan beban Rafa, dan tak ada yang lebih mengenal Rafa selain Bunga, tidak ada yang tahu kelainan Rafa termasuk keluarganya sendiri.


 Karena jauh sebelum menikah Rafa hanya terbuka kepada Bunga. Bagaikan kecintaannya kepada bunga mawar, Bunga sangat tergila-gila pada merahnya kelopak dan harumnya wangi mawar, walau tangannya harus berdarah ketika menggenggam duri pada batangnya. Bagi Bunga setiap tetes darah yang mengucur dari telapaknya adalah biaya yang memang harus ia bayar atas kebahagian yang ia terima dari suami tercinta. Tiga tahun bersama bisa kau bayangkan sudah berapa gelas dari tetes –tetes darah itu?


***


Dana hadir pada Rafael bukan dari awal. Kehadiran Dana bermula dari berbagai tekanan kehidupan yang dilalui Rafael. Khususnya dari latar belakang yang ia terima sedari kecil. Kekerasan-kekerasan dari keluarga terdekat perlahan membentuk seorang anak polos menjadi seorang phsyco. Rafael tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis. Ibu bapaknya bercerai ketika kecil, kekerasan dari ibu tiri ketika bersama ayah kandung dan Kekerasan dari ayah tiri ketika bersama ibu kandung perlahan terkumpul dari bola-bola kecil dendam berujung pada stres dan kerusakan mental pada Rafa.


Tetapi wujud itu tak langsung hadir sedari kecil. Tumbuh, bersekolah dan bersosial yang memiliki perbedaan dengan temannya membuat tekanan kian menggoyangkannya. Rafa juga berjuang dan tertekan dengan itu. Ia berkelahi dengan dirinya sendiri dalam batinnya. Bisa kau bayangkan seperti apa pertarungan sendiri dalam pikiran itu?.


Bagi Rafa, kehadiran Bunga adalah satu titik cahaya untuk dia bisa kembali hidup bahagia. Ketika batinnya mencapai pada titik tergelapnya ada harapan untuknya kembali melihat cahaya yang belum pernah ia lihat. Kasih sayang dan keluarga adalah sesuatu yang Bunga ulurkan kepada Rafa.


Sosok Dana hadir sebelum Bunga datang. Tepatnya ketika masa perkuliahan Rafa di universitas yang menekannya pada titik tergelap permasalahan ekonomi. Biaya dan rumah, Rafa tak punya itu.


Bijaksana bagi Bunga jikalau memang harus menerima dan menemani Rafa dengan bebannya. Bagi Bunga ada harapan pada Rafa, dan sudah cukup tersiksanya Rafa menghadapi itu sendirian sedari dini. Ia menawarkan pundaknya untuk bersama membagi beban dari Rafa. Bunga mencintai Rafa.


Begitu pula Bunga, tentu tak serta merta dapat menerima Rafa tanpa alasan. Dengan sedikit latar yang sama, Bunga berasal dari keluarga yang tak lengkap. Tentu bunga tahu pahitnya. Seseorang yang berada dalam gua lah yang mengerti gelapnya gua. Harap Bunga mereka berdua bisa menemukan cahaya bersama dan mencegah anaknya nanti agar tidak merasakan gelap yang sama.


Bermula perkenalan lewat media sosial mempertemukan Bunga dengan Rafa. Bunga yang berasal dari kota Pekanbaru dan berkuliah disana bertemu dengan Rafa yang berasal dari kota Medan tepat dua tahun perkenalan mereka di media sosial. Sesuatu yang di idamkan kebanyakan kaum muda sekarang, berkenalan melalui online lalu berjumpa dan menikah, ah... sudah seperti cerita khayalan saja.



Setelah Dua tahun perkenalan, Rafa yang lebih dulu selesai kuliah dan bekerja di sebuah surat kabar ternama di Medan mendatangi Bunga ke Pekanbaru tepat di hari wisudanya. Bahagianya Bunga melihat kekasih onlinenya hadir secara nyata pada hari spesialnya, sungguh makin yakinlah Bunga akan kesungguhan Rafa. Berani menempuh jarak yang cukup jauh Medan - Pekanbaru hanya untuk hadir di hari kelulusannya, tentu bukan main-main.



Sejak saat itu lah kemantapan mereka berdua utuk hidup bersama makin kuat, terlebih mereka berdua sudah siap bekerja. Apalagi melihat sifat Rafa yang baik juga dewasa, membuat Bunga merasa yakin bisa dilindungi. Tak ada lagi alasan bunga ‘tuk tidak mau hidup bersama Rafa. Sosok yang bertanggung jawab seperti seorang ayah telah mencuri hatinya. Dirumah pun tak ada seorang ayah bagi Bunga. Bunga hanya tinggal bersama Ibu dan Kakaknya.


Bunga sudah tahu kekurangan Rafa sejak perkenalan, sebelum bertemu. Rafa sudah menceritakan seluruh kehidupannya sejak saat kuliah. Tak masalah bagi Bunga, karena ia cinta. Dan berani seterbuka itu akan kekurangan diri membuat Bunga yakin bahwa Rafa mempercayainya. Hal itu adalah sesuatu yang sangat mahal. Kepercayaan.



***



Tinggal di Bandung setelah pernikahan adalah pilihan keduanya, bukan Medan juga Pekanbaru melainkan kota di Jawa Barat yang memiliki daya tarik tersendiri untuk mereka. Sudah sejak lama mereka merencanakan ini, hidup di lingkungan baru dengan niat menghapus semua kenangan gelap dimasa lalu. Jelas banyak alasan mereka memilih Jawa sebagai hidup mereka. Adalah previlege, memperbaiki hidup mereka dan untuk keturunannya kelak. Jelas ada perbedaan antara Jawa dan Sumatera disegi pendapatan, pekerjaan dan pendidikan.


Jauh selain itu, Bunga memilih Bandung adalah suapaya dia tidak bisa kabur jikalau muncul niat ketika Dana hadir dalam diri Rafa. Bunga sudah sesiap itu.


Pergantian sosok kepribadian suaminya tak tentu. Terkadang sebulan sekali, terkadang seminggu dan juga kadang tiga hari sekali suaminya berubah. Hal yang menjadi pemicu adalah stres atau masalah lainnya yang cukup menekan pikiran seperti pekerjaan.


Sebelum bekerja dari rumah dan menulis, Rafael pernah berkerja sebagai kepala redaksi di Jawa pos. Berlangsung selama Satu Setengah tahun sebelum Rafa, maksudnya Dana memukul rekan kerjanya dengan sebuah kursi tanpa sebab. Diduga adalah karena hasil pendapatan Jawa pos yang kian hari kian merosot, sebagai kepala redaksi jelas ada tanggung jawab tentang itu.


 Stres adalah momok tersendiri bagi Rafa, karena itu lah dia lebih memilih menulis dan menghasilkan uang dari karyanya sendiri daripada bekerja dibawah tekanan. Menulis sudah dilakukan Rafa jauh sebelum bekerja di Jawa pos, tetapi semenjak dirumah saja Rafa makin produktif dan makin banyak karyanya yang laris.



Beberapa bulan lalu tiga novel Rafa telah beredar di Gramedia dan beberapa novelnya mendapatkan tawaran untuk difilmkan oleh produser film di Jakarta. Hal ini membuat namanya kian tersohor sebagai penulis. Bunga juga ikut bahagia akan pencapaian suaminya tersebut.


Tapi selain itu, Dana sosok yang ada dalam suaminya juga turut andil akan pencapaian Rafa. Saat menjadi Dana, Rafa diketahui jauh lebih sering menulis daripada saat menjadi Rafa. Hampir semua karya yang berhasil dibukukan adalah hasil tulisan Dana di buku jurnal hariannya. Cerita bertema psikopat yang lebih pantas disebut seperti rencana Dana akan angan-angannya membunuh dan menyiksa ia tuliskan. Isinya membunuh tetangga, keluarga, dan istrinya. Yah... istrinya Bunga.


Setiap kali tersadar Rafa menangis membaca apa yang ia tulis dan meminta maaf kepada Bunga. Tapi Bunga juga tak mempermasalahkan itu, dia tahu itu bukan suaminya, malah meminta untuk setiap tulisan itu untuk dibukukan saja, karena memiliki cerita yang menarik. Benar saja hasilnya adalah yang mereka dapatkan selama ini.


Hari-hari dilalui Bunga menghadapi perubahan suaminya. Dilaluinya dengan biasa, seperti pergantian hari siang dan malam. Saat terang bersama Rafa dan bersama Dana saat gelap datang. Saat luka dibuat oleh Dana, Rafa datang untuk mengobati dan memeluknya.


Tapi walaupun Rafa mengetahui dalam dirinya ada orang lain dan sadar akan hal itu, tidak halnya dengan Dana. Dana yang hadir sejak lama tidak pernah sadar ada Rafa dalam dirinya. Dana tidak pernah mengenal Rafael. Yah.. karena memang itu bukan dirinya.


Mereka adalah dua sosok yang berbeda dalam satu tubuh. Seperti kedua kutub yang berlawanan. Bedanya halnya Rafa lahir sebagai manusia biasa sejak lahir dan Dana adalah luka yang hinggap ditubuh Rafa karena kesalahan dan duka. Mereka berbeda baik secara sifat maupun kesukaan. Dana tak pernah mengenal Rafa tapi ia mengenal Bunga, karena memang hanya ada Bunga saat Dana berubah dan hanya Bunga yang menemani.


Rafael adalah seorang pria berkacamata dengan rambut rapi dalam kesehariannya dan selalu tenang dalam setiap tindakkannya, seorang penyayang kepada istri dan kucingnya. Beda dengan Dana, adalah seorang yang berkeringat dan menggebu-gebu dalam setiap napasnya dan pshyco. Penglihatan saat menjadi Dana tidak memerlukan kaca mata, entah bagaimana minus pada matanya menghilang saat menjadi Dana, dan satu yang pasti Dana jauh lebih pintar dari pada Rafa.


***


“Cepat kau kemari...!!!, Bunga..!!” pekik Dana dari kamar.

“ya... izinkan aku mengganti pakaian dulu...” dengan kepala masih berdarah Bunga menuju lemari dalam kamar.

“kau tahu Bunga... apa yang kusuka darimu selama ini..,” Dana berdiri tepat disamping Bunga menatap jendela sambil tersenyum nakal.


Bunga hanya menatap lesuh tanpa membalas, dan kembali mengambil bajunya dalam lemari.

Dana memalingkan kepalanya kekiri, kini menatap Bunga. Berjalan mendekati sampai akhirnya menghimpit bunga kedinding. Bunga yang belum sempat menemukan bajunya hanya bisa menarik napas dan memejamkan mata. Kini badan mereka menepel di dinding dengan Dana yang memainkan rambut Bunga yang sedikit berdarah.


“Sayang kamu berdarah...”

“yah... aku punya darah Dana... kau juga punya...”

Dengan wajah senang , dan mata melotot mendekatkan wajahnya kini tepat didepan wajah Bunga.

“ Aku punya darah..??” sambil tertawa dan mendekati telinga kiri Bunga .


“Aku tanya ... kau tahu apa yang kusuka darimu sayang...??” kini dengan suara berbisik tepat ditelinga.

“Kau mau melakukannya...?” Bunga juga berbisik lirih.

“Yaa pasti...!! Tak usah kau mengganti bajumu..., aku lebih suka bercinta dengan wanita dengan blazer kantoran begini...”

“Apalagi darahmu itu... ohya... kau bilang aku punya darah...? Bisa kau tunjukan padaku sayangku....?”


Dalam sekejap Dana mundur dan menghilang menuju keruang tengah. Bunga menghela nafas, kali ini dia belum bisa beristirahat karena harus melayani Dana. 

Dana kembali, berdiri didepan pintu kamar dan membungkuk melemparkan sebuah stik baseball tepat seperti seorang yang bermain bolling.


“Tunjukan darahku sayang...” dahi menghernyit dan muncung memanjang mengikuti sebuah stik yang meluncur “wuuuuushh” keluar dari muncung Dana.


Dana tak hanya suka memberi juga suka menerima siksaan, seperti masokis. Lagi-lagi Bunga menghela napas, tak mungkin ia menyakitit tubuh Rafa yang sangat ia sayangi.

“Cepat kubilang... jalang...!!!” cekikkan cepat mendorong tubuh Bunga kebelakang tepat diatas ranjang.

“kalau kau tidak mengeluarkan darahku... darahmu yang habis ...” melompat Dana tepat diatas perut Bunga dan memegangi kedua tangan Bunga.


“Ayo kita lakukan malam ini...!” Tangan Bunga diikat dikedua sisi tempat tidur berlanjut kedua kakinya. Bunga hanya bisa pasrah karena memang hal ini yang biasa dilakukan Dana padanya. Ranjang itu pun tampak sudah lengkap setiap sudutnya memiliki rantai untuk mengikat tangan dan kaki. Ritual BDSM. Masih diatas perut Bunga, Dana bernafas menggebu dan berat.


“Aku suka kau pakai blazer ini... dan kau tau apa yang tidak aku suka darimu..?? HAAAA..!!?? “ Dana membentak.

“Tpphaaarrrr...” tamparan keras menghujan pipi Bunga.

“DANA...!!?? APA-APAAN KAU INI...??” Bunga sangat kesal.

“Oh ayohlah sayang... kenapa langsung marah...? hahahaha....”

“Aku mengharap kau membalas bodoh...!, kau tidak menghargai stik milikku yang indah itu...”

“Oke... lepaskan tanganku..., akan ku balas kau Setan...!!!”

“Hahahahaha... apa kau berani...,” Dana tertawa mengejek. “Cuuiih..!!” Bunga meludahi wajah Dana yang makin berurat itu.


Segonyong kemeja putih Bunga dirobek Dana.

“kau tau sayangku...? aku sangat menyukaimu... kau pasti tahu itu....”

“Lalu apa kau tau ada yang tidak ku suka darimu..., apa...?”

“langsung saja.. .setan...!!” kali ini Bunga benar-benar capek.

“KAU TIDAK PUNYA ANAK... JALANG...!!! KAPAN KAU MEMBERIKU ANAK!!!” suara Dana benar-benar keras dan tamparan keras kini tepat di pipi kiri. Jika mereka memiliki tetangga pastilah mendengarnya, tapi mereka tinggal dirumah dengan halaman luas jauh dari rumah tetangga.


Bunga menangis seduh. Bukan karena tamparan juga makian dari Dana, tapi karena sadar belum bisa memberikan anak pada Rafa tercinta, sesuatu yang mereka idamkan selama ini. Yang membawa mereka sampai tinggal di Bandung.


Kini ia tahu kenapa Rafa menjadi Dana, pasti karena terlalu stres memikirkan anak yang tak kunjung mereka dapatkan. Bukan hanya masalah novel yang tak kunjung dapat tawaran dari suplier. Ia merasa bersalah karena membuat Rafa terbebani, sampai akhirnya memunculkan Dana. Setidaknya sudah seminggu Rafa tidak berubah jadi Dana, ia merasa egois karena tak bisa mengerti apa yang dipikirkan suaminya.


Dalam keadaan tubuh masih digerayangi, Bunga menangis .Terlalu seduh dan sesak ada sesuatu yang ingin diucapkan Bunga tapi tidak bisa terdengar jelas karena sedang menangis.


“Aku minta maaf sayang... maaf Rafael...” tangis mendalam Bunga kepada suaminya dengan suara yang terdengar sumbang karena hidungnya penuh dengan air ingus.


 Dana yang sedang asik diatas tubuh Bunga tiba-tiba menghentikan aksinya. Hening beberapa detik tidak terjadi kontak mata, sebab dari tamparan terakhir tadi bunga menutup matanya karena menangis. Dana turun dari ranjang seketika menghujankan stik baseball yang berada dibawah ranjang tadi.


“BANGSAT...!!’’ RAFA LAGI... SIAPA ITU!!”

“KAU SELINGKUH JALANG...!!??”

“SUDAH KUBILANG JANGAN PERNAH SEBUT LAKI-LAKI LAIN...!!!”

Dua, tiga, lebih dari lima pukulan diberikan kepada Bunga.


“Sayaang... ampun...” Terdengar suara terakhir Bunga pelan sebelum mendapatkan pukulan terakhir menghujan tengkoraknya.

Bunga tak lagi bersuara, pingsan.



***


Cinta itu sakit bukan Bunga... ?Terkadang mengubah seseorang hanya karena cinta adalah mulia 

tapi, bukankah terlalu naif bagi kita mencoba mengubah seseorang dari luar. Perubahan tak ‘kan pernah terjadi tanpa cahaya dari luar. Juga dari dalam...

Perubahan seyogyanya lebih terdengar masuk akal ketika seorang itu berusaha mengubahnya sendiri..

Tak ‘kan bisa dari luar.. tak bisa Bunga..

Terlalu naif... pragmatis bukan...



Angin pagi yang segar masuk dari jendela kayu yang terbuka lebar tanpa penghalang menyejukan kulit yang masih nyaman dengan selimut. Aroma kopi dari pengharum ruangan menambah semerbak wangi alam tergantung tepat di samping jendela. Dibawahnya tepat terdapat meja kerja lengkap dengan laptop dan beberapa botol yogurt dan gelas kopi yang sudah kosong.

Begadang tengah malam adalah waktu yang tepat untuk seorang penulis mencurahkan semua isi kepalanya dimeja kerja.


Seorang diri di ranjang, Rafa duduk di tepi menghadap sinar matahari centil yang mencoba terbit dari ujung jendela. Sudah dua hari ditinggal Bunga yang pergi check-up ke jakarta pada dokter spesialis, mengobati gegar otak.


Sebulan berlalu pasca kejadian kelam rumah tangga mereka saat itu. Rafa meratapi apa yang telah ia perbuat diluar kendalinya. Stik, cambuk, alat kejut listrik dan dildo Rafa kumpulkan pada sebuah kotak kosong menuju belakang rumah. Menyiramkan bensin dan membakarnya.


 Aroma hangat khas api pembakaran bercampur rumput segar pekarangan tampak seperti kebakaran kecil jika dilihat asapnya dari atas. Teringat beberapa kotak cerutu yang telah diambil dalam kamar juga dicampakan pada api yang masih menyala. Barang-barang yang sama sekali tak ingat pernah ia beli. Harus dihanguskan, karena hanya menyakiti istrinya saja.


Wanita paruh baya dengan rambut putih terkucir tampak melintas dibalik pagar kawat.

“Waduh..., masih pagi udah buat api unggun mas...?”

“Hahaha... tidaak bu..., ini bakar barang rusak...”

“Kenapa tidak dijual saja mas...?”

“Wah... sudah tidak bisa lagi buk....”


Adalah buk suri tetangga rumah terdekat, rumahnya lima puluh meter dari rumah Rafa. Juga tetangga yang paling sering berbicara dengan Bunga saat berbelanja. Tidak dengan Rafa yang jarang berinteraksi dengan tetangganya, warga sekitar lebih akrab dengan Bunga.


“Ohya mas..., buk Bunga nya kemana...? Sudah lama gak jumpa diwarung...”

“Kebetulan Bunga sakit... dan harus berobat kedokter bu...”

“Owalah... hamil toh..., kenapa tidak di temani mas kasihan toh sendiri...”

Mendengar pertanyaan itu membuat Rafa terhenyak, dan hanya membalas singkat .

“Oh tidak buk....” sambil tersenyum


Seorang anak.... kapan mereka akan mendapatkkannya..??

Tidak... dia tidak bisa... itu belum bisa dilakukannya... Rafa yakin dengan itu. Selama masih ada Dana dalam dirinya, mempunyai seorang anak hanya akan menambah bebannya saja, jika nanti anak itu turut menjadi korban kebringasan Dana...


Rafael yakin dengan keputusannya untuk memberikan obat anti hamil kepada Bunga disetiap makanan dan minuman Bunga, itulah yang menjadi alasan mereka belum memiliki anak. Bukan kemandulan pada Bunga, tapi obat yang diberikan Rafa. Ia yakin itu pilihan terbaik saat ini sebelum keadaan benar-benar bisa membuat mereka memiliki anak.


Tak tega bagi Rafa untuk memberitahu Bunga yang sebenarnya terjadi, karena hanya akan membebaninya saja nanti, setidaknya begitu pikir Rafa. Tetapi bagi Bunga ini adalah karena kemandulannya, salahnya...



***


Malamnya, lewat telepon Bunga mengabari akan tiba dirumah pada tengah malam nanti, dan meminta suaminya untuk tidak usah repot menunggunya karena ia diantarkan oleh rekan kerjanya.

Seluruh ruangan telah bersih berikut piring dan semua pakaian dibersihkan Rafa seorang diri seharian tadi untuk menyambut kepulangan Bunga. Sosok romantis itu mencoba memberikan yang terbaik pada istrinya.


Memesan beberapa makanan online untuk istrinya ketika pulang nanti, menjaga-jaga jikalau nanti pulang dalam keadaan lapar. Sebelum itu juga Rafa mengubah semua posisi barang-barang dalam kamar, juga tempat tidur penyiksaan yang sudah dibongkar habis. Kini semuanya telah berbeda dari sebelumnya, setidaknya mengurangi kenangan buruk yang telah terjadi disitu.


Badannya cukup lelah, jarang-jarang ia melakukan semuanya, apalagi seharian penuh. Pukul sepuluh malam sudah membuat kantuk, dan memutuskan ‘tuk tidur saja dirasa adalah pilhan tepat. Toh istrinya meminta supaya agar ia tidak menunggu kepulangannya. Rafa tidur dan mengunci rumahnya tak khawatir bagaimana Bunga nanti masuk karena Bunga membawa kunci rumah lainnya.


Ketika membuka matanya, sekitar pukul tiga pagi Rafa melihat sosok perempuan dengan piyama disisi kanan sudah tertidur, Bunga sudah pulas disampingnya. Tersenyum dan mendekat, Rafa memeluk Bunga dari belakang. Erat... tak terasa menetes air mata Rafa. Rasa tak mau kehilangan sosok istri yang disayanginya itu, Rafa menghirup kuat rambut bunga dan menciumnya dari belakang. Sebuah tangan ramping memegang lengan Rafa, Bunga menggenggam tangannya.


Malam itu begitu indah dilalui sepasang suami istri yang melepaskan kerinduan. Beberapa jam menjelang subuh, waktu berbalas kasih dan menitikan beberapa air mata cinta dari keduanya. Tanpa kata, mereka lebih memilih keheningan sebagai pengantar tidur dalam peluk.



***


Badannya terasa berat, membuka mata pun agak payah, Rafa merasa sudah terlalu lama tertidur. Sedikit tercengang apa yang ia sadari ketika bangun. Istrinya tidak ada di ranjang, dia seorang diri ditempat itu. Lebih mengejutkan lagi, dia tidak mengenakan sehelai benang pun ditubuhnya. Ditambah kedua tangan dan kakinya terikat disetiap sudut tempat tidur. “Apa ini mimpi..?? ah bukan ini nyata...!!!,” “lalu siapa yang melakukan ini..??? kemana istrinya...??” 



Kamar gelap tanpa sinar lampu, cahaya dari balik jendela pun tak ada, jelas langit diluar masih malam. “Apakah semalam belum selesai dari awal tidurnya..??” ,“Tidak... Rafa yakin telah tidur..., bahkan lebih lama dari sehari, badannya terasa sudah terlalu lama tertidur...”


Dari kejauhan terdengar suara langkah mulai mendekat. Terhenti di depan pintu kamar, bayangan hitam kecil tampak memperhatikan dengan tenang. Tidak tampak siapa itu dalam keadaan kamar gelap. 


Lampu dinyalakan, tampak seorang perempuan memegang sakelar lampu masih berdiri didepan pintu. Rafa masih terpaku dengan apa yang ia lihat, tak pernah terbayangkan keadaan seperti ini akan dihadapinya.


Wanita tadi menggunakan piyama merah dengan rambut terkucir tak terlalu panjang, tersenyum. Wajah anggun kian mempesona dengan kacamata menghalangi sepasang mata indah kecokelatan. Itu Bunga, istri tercinta yang sebelumnya Rafa peluk disisinya. Bunga tampak sangat beda kali ini, dengan wajah bermake-up lengkap. “Kali ini bukan Bunga, Bunga tak pernah berdandan seperti itu...”, Rafa tampak kian tercengang.


Perlahan mendekat ke ranjang, sambil membuka piyama merah anggun itu. Kali ini lingerie hitam kilat membalut tubuh ramping itu. Dengan bagian tangan dan paha berbahan jaring-jaring. Seperti kostum Catwoman dalam film Batman.


 “kau suka ini...?? ketika pergi aku membelinya...” Bunga memulai percakapan pada suaminya yang masih terlihat terkejut tidak percaya.

“Sayang... apa ini..???” masih terbelalak Rafa.

Sambil menebarkan bunga dalam kantung plastik, “ Jelas ini bukan yougurt sayang.... ini mawar....”


“Sudah dua hari kau tidur terus... bagaimana..?? sudah hilang kantukmu...??”

“Maaf soal obat tidurnya... sepertinya aku menyuntik terlalu banyak dosis padamu kemarin...”

“Kemana bajuku Bunga...??? ayolah kenapa kau begini...???”

“Bhuugghh...!!” Sebuah sepatu dengan hak tinggi berwarna hitam menunjang perut Rafa.


“ Bukankah kau menyukai ini... sayang...??” Bunga menyipitkan mata.

Rafa masih mengerang kesakitan . “ini bukan kamu Bunga...”

“Berisik...!! siapa Bunga..?!!” Lakban hitam dililitkan kemulut Rafa dengan paksa, kini wanita itu tampak sangat superior, sangat mendominasi, kini permainan sepenuhnya dibawah kendali Bunga.

“Kau bisa memanggilku Mawar... sayang...”

“ kau suka bukan..??”


Hadir sosok baru dalam tubuh Bunga, kini dalam tubuh kedua orang itu terdapat empat kepribadian yang berbeda.

Kini sepasang sepatu hak tinggi tadi berada dikedua sisi tubuh Rafa yang terbuka, wanita itu berdiri tegak diatas suaminya yang terikat dibawah.


Korek api dan lilin merah dikedua tangan Mawar, dengan senyum nakal dari bibir dalam balutan lipstik tebal merona tampak akan memulai sebuah upacara klimaks.


“EHMMMMMM... !!!” Raungan tertahan Rafa menggelegar tatkala tetes-tetes lilin panas di hujankan disekujur tubuhnya. Perut, dada, leher tak luput dari panasnya lilin merah cair dari atas. Perlahan menyusuri perut paha dan akhirnya area kejantanan sang suami menjadi tujuan akhir dari air terjun panas erotis itu. Tak terhitung puluhan kali sudah pria kuat itu meraung tak berdaya dibawah kaki wanita itu.


“Hihihi.... hellboy mulai merah nih...”

Rafa hanya menatap Mawar dengan sorot lebar penuh ampun memandang Istrinya tersebut. Mawar mulai membungkuk dan tiarap menimpah tubuh Rafa.


“Ada apa sayang... jangan egois begitu...”

“Biarkan malam ini aku yang pegang kendali...”

“TPHAAARRRR...!!!” Sebuah tamparan pedas dilayangkan Mawar ke pipi Rafa.


“Hihihihi terimakasih sudah melahirkan aku....” Suara berat dengan napas memburu perlahan Mawar berbisik kepada Rafa. Tangan beralih kerambut Rafa, menjambak dan menarik dengan kuku yang panjang mengiris kulit kepala.


“Bisa kau berikan aku seorang anak..???”

Beralih mendekati leher dan menggigitnya, jatuh harga diri Rafa sebagai Jantan terkujur tegang tanpa bisa melawan.


“Malam ini kau punya ku...!!!”



***


Luka itu tidak pernah bisa sembuh... perlahan luka-luka kecil itu membekas dan memberikan luka baru ditubuh yang berbeda didekatnya...


Memperhatikan orang yang tersayang tanpa memperhatikan diri sendiri terkadang adalah bentuk bunuh diri...

Bukan menyembuhkan justru mendukungnya dengan memberikan tubuh untuk luka baru...


Terlalu naif sudah dibilang... kini Bunga menjadi Mawar.. biarlah mereka menjalani apa yang sudah mereka pilih...


Dulu kau menerima setiap sayatan tersebut menjadi masokis karena menikmati, perlahan sosok yang menerima luka ingin berganti menjadi pemberi luka...


Sosok itu hadir karena luka dan atas perlakuan yang sama...

Untuk lingkungan dan manusianya... terkadang kau tidak sadar apa yang kau perbuat pada seorang anak hari ini akan dia buatnya juga kemudian hari pada orang lain...


Berkembang.. MASOKIS...


Apa yang kau tebar? Cinta atau luka? Ah... keduanya hampir tak bisa dibedakan.



Mangku P. Juli 2020

calendar
12 Jul 2020 05:56
view
1.5K
wisataliterasi
Jl. Jamin Ginting No.331, Padang Bulan, Kec. Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara 20131, Indonesia
idle liked
4 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig