Kutipan Cerpen
Kopi itu Meninggalkan Rasa Pahitnya di Mulutku
Karya
marliaalvionita
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Aku memesan kopi kali ini.
Di tempat biasa, dengan pesanan yang istimewa.
Minuman pahit yang ku benci namun kau puja setengah mati.
Mataku menjelajahi tempat ini.
Tidak peduli sesering apa aku kembali, tempat ini tidak pernah membuat bosan atau tidak nyaman.
Seperti katamu, untuk ukuran orang yang hobi bergelung selimut dan menulis berlembar cerita di komputer pribadi, aku terlalu sering nongkrong dan menghabiskan waktu di luar.
Tapi anehnya, hanya tempat ini yang bisa membuatku betah, menghiraukan panggilan kamar dan bantal.
Pria tua peniup harmonika masih di sana.
Di sebuah panggung kecil dengan sorot lampu yang hanya mengarah padanya.
Pelayan muda yang gemar tersenyum itu masih dengan semangat bertanya pesanan ke pelanggan.
Melirik aneh ke arah mataku sejenak saat ku katakan kali ini ingin mengecap rasa pahit kopi yang seumur hidup ku hindari.
Dengan langkah heran, ia kembali untuk menyampaikan pesanan pada seseorang di balik meja.
Si pria muda, peracik kopi favoritmu melihat ke arah ku sambil memegang secarik kertas.
Ia mengangguk sekilas lalu berbalik, meninggalkan pemandangan berupa punggung tegak dilapisi kemeja putih yang selalu tampak baru.
Aku kembali terbang dalam bayangan.
Terkunci kembali pada masa lalu.
Saat bau tubuhmu masih kuat tercium, saat tiap kali mataku terbuka, pandangan yang menghujaniku adalah kamu.
"Baca ini saat hari kasih sayang, kala kau sendirian. Saat itu, aku harap kau tengah memakai pakaian hangat dan meniup panas secangkir kopi di tempat biasa."
Cih, pesan macam apa itu? Sejak kapan kau menjadi romantis?
Amplop merah muda dengan secarik kertas di dalamnya masih ada dalam genggaman tangan, tidak peduli sudah 2 tahun berlalu sejak terakhir kali kamu mengatakan untuk membukanya.
Aku membenci fakta bahwa jauh di dalam hati, aku masih menolak percaya.
"Ini pesanannya."
Secangkir kopi berada di depanku sekarang.
Aku tengah memakai pakaian paling hangat yang ku punya di lemari.
Dan aku berada di sini, di tempat biasa.
Meniup kopi untuk mengusir panasnya, ku sesap perlahan rasa asing itu. Ah rasanya masih pahit.
Dan rasa pahit ini sayangnya akan terus berada di sana. Di mulut, di lidah juga di hatiku.
Unduh teks untuk IG story