Aku mengira hidup seperti festival
Mesti meriah, indah dan dikenang banyak orang
Hidup yang seperti festival
Warna warni kembang api, suara ledakan di sana sini
Penjual makanan manis menyelip di kanan kiri
Hidup yang ku inginkan seperti festival
Keberadaannya dinanti-nanti
Dibicarakan dengan mata berapi tak jarang hadir dalam mimpi
Aku mengira hidup harus seperti festival
Tidak sunyi dan apa adanya
Mesti besar dan jadi yang pertama
Aku lupa, festival istimewa karena ada sekali-kali saja
Orang-orang membicarakannya sebentar saja
Mengingatnya pun seminggu paling lama
Ketika kembang api terakhir diledakkan
Berbagai mata yang menengadah kembali menghadap tanah
Ponsel pintar yang sibuk mengabadikan momen habis baterai
Lalu semua kembali sunyi dan sepi
Kembali pada hari-hari yang biasa
Membicarakan hal biasa
Tidur tanpa mimpi namun tetap pulas dan sulit bangun esok paginya
Ada waktu sedih dan bahagia
Makan lahap dengan atau tanpa lauk berlimpah
Menggiring kerbau, memberi makan kambing sembari membalas pesan dari sang kekasih
Aku pikir aku ingin hidup seperti festival
Nyatanya aku hanya perlu pengakuan
Dan hidup biasa yang penuh syukur atas berbagai kejutan Tuhan