oranment
play icon
Tekadku adalah Kekuatanku
Cerpen
Kutipan Cerpen Tekadku adalah Kekuatanku
Karya nadilaauliaaaa
Baca selengkapnya di Penakota.id

"Hei, ayo bangun jangan hanya berdiam diri di kamar, memainkan gadget seharian. Bagaimana bisa kau mendapatkan masa depan indah jika begini caranya?" Ucap seorang berbaju putih bersih yang tiba tiba saja ada di hadapanku.

"Loh, ini kan hidup saya, mengapa anda yang mengaturnya?" Tanpa kusadari, kalimat itu terlontar dari mulutku, tak lama aku menyadari bahwa aku tidak mengenal orang yang telah menegurku tadi.

"Hah? Siapa yang berbicara kepadaku tadi? Siapa dia? Ah sudahlah mungkin ini halusinasi ku saja" ucapku seraya kembali mengambil gadget kemudian berbaring. Sosok itu kembali muncul dihadapan ku, "Hey pemalas ayo bangun, saya yang berbicara padamu tadi. Bukan halusinasi mu" aku yang terkejut dengan kehadiran sosok berbaju putih itu, tanpa sengaja tangan ku refleks menarik tangannya. "Kau ini siapa? Mengapa aku tak pernah melihatmu?" Tanya ku.

"Aku bukan siapa-siapa, aku hanya sosok yang akan terus mengganggumu ketika kau malas, sudah itu saja. Jika kau tidak ingin diganggu maka carilah kesibukan, ingat masa depanmu itu penting. Kamu itu sosok yang masih muda, masa muda mu menentukan masa depan mu. Ayo cepat bangun!!" Kata sosok itu sambil menarik narik tangan ku dan menggoyangkan tubuhku supaya aku terbangun.

"Berisik!! Sepanjang apapun kau berbicara, aku tidak perduli." Tegasku, yang kemudian kembali menarik selimut. Sosok itupun pergi dengan raut wajah yang mulai menyerah akan sikapku.


Namaku Elina Friska Almahyra, kata ibuku namaku memiliki arti yang sangat bagus, terutama kata Almahyra yang berarti cerdas. Tapi aku heran dengan diriku, yang kenyataannya tak sesuai dengan namaku. Aku sekarang menduduki bangku di kelas 10 SMA, kehidupanku mulai kacau ketika masa SMP, padahal ketika masih di sekolah dasar aku selalu membuat ibuku bangga akan prestasiku. Setelah masuk SMP, prestasiku mulai menurun, pergaulanku mulai memasuki tahap kebebasan, bahkan aku sendiri tak mampu mengendalikan diriku. Hatiku yang selalu berniat untuk kembali membanggakan ibu itu kalah dengan fikiran ku yang hanya ingin kebebasan. Bahkan di masa SMP aku terlalu sering menjatuhkan air mata ibuku. Ya karena aku tidak pernah mengikuti apa yang ia katakan. Aku tidak ingin masa masa bodoh ku di SMP terulang kembali, aku sudah bertekad untuk kembali membanggakan ibu, namun sayang aku kembali terkalahkan oleh hawa nafsu.


"Apa yang ia katakan benar juga, aku kan sudah berniat untuk membanggakan ibu, tapi jika aku terus seperti ini aku tidak akan bisa membanggakan ibu, sudahlah ayo bangun fris, kamu harus kuat untuk mampu mengalahkan dirimu yang malas ini." Ucapku pada diri sendiri. Aku kemudian keluar dari kamar, dan menuruni anak tangga satu persatu.

"Mau kemana sayang, ini sudah sore." Sapa seorang wanita yang selalu sabar menghadapi sikapku, tak lain adalah ibuku sendiri. "Ke toko alat sekolah Bu, aku ada tugas nih dan aku kekurangan alat alatnya." Jawabku.

"Baiklah, hati hati dijalan ya, jangan lupa langsung pulang." Pesan ibu padaku, aku pun berpamitan sambil mencium tangan nya.


Di persimpangan jalan, aku bertemu dengan teman temanku semasa SMP.

"Hai fris, lu gaada niat buat main bareng kita lagi gitu? Kita udah lama ga nongki, ga ketawa bareng, yu main yuuu". Aku yang mulai tidak sadar, dan ingin mengikuti teman-teman ku itu tiba-tiba terhenti karena sosok berbaju putih itu kembali muncul dan menghentikan sepedaku. "Apa kamu yakin akan mengikuti mereka? Mereka yang telah membuatmu hancur, sebab bergaul dengan mereka kamu menjadi sering menjatuhkan air mata ibumu, kembalilah ke tujuan mu yang sebenarnya, jangan mengikuti jebakan syetan!". Dadaku tiba tiba sesak mendengar omongan sosok itu. Hatiku pun ikut mengatakan "ayo kembali ketujuan sebenarnya, dan pulang pada ibumu". Aku pun bergegas menuju toko peralatan sekolah lalu kemudian pulang, karena aku akan menguatkan tekadku.


Hari hari aku lewati dengan begitu menyenangkan, dengan mengikuti tekadku untuk berubah, ibu semakin menyayangiku dan tak pernah ku lihat ibu menjatuhkan air mata kekecewaannya lagi. Ya meskipun aku terkadang merasa ingin kebebasan tapi demi ibu dan demi cita citaku aku harus kuat, ditemani sosok berbaju putih bersih itu yang selalu menyemangati ku ketika aku lelah dengan jalan ku untuk berubah, dan mengingatkanku ketika ingin membelok ke kebebasan. Aku selalu bertanya-tanya siapa sosok itu, aku penasaran, mengapa dia selalu ada untuk ku? Oh tuhan, ku mohon tunjukan lah kepada ku siapa dia sebenarnya, aku lelah memikirkannya.


"Hai, aku dapat mendengar apa yang kau bicarakan dalam hati, apakah kau ingin tahu siapa aku?" Ucap sang sosok berbaju putih bersih tersebut. Tanpa sadar aku pun menganggukan kepalaku. "Sungguh aku adalah jelmaan hati nurani mu, aku adalah bagian dari karunia Tuhan kepadamu, aku adalah dirimu sendiri, aku selalu menguatkanmu karena aku tidak mau diriku sendiri terjerumus kedalam kebebasan dan masa depan yang kelam". Kemudian sosok itu menghilang, dan aku bertanya pada diriku sendiri "mengapa aku tidak menyadarinya, dia sungguh seperti nyata, aku dapat merabanya dan aku selalu dapat merasakan kehadirannya, dia sudah seperti sahabatku".


Satu hari dibangku sekolah..

"Fris pulang sekolah main yu". Kali ini yang mengajakku keluar rumah itu berbeda, aku tidak yakin apa dia akan sama seperti teman SMP ku atau tidak? Sosok berbaju putih itu tak lagi muncul dan menahanku pergi. "Apa ini pertanda kalau teman SMA ku berbeda dengan yang sebelumnya?" Ucapku dalam hati "yaudah ayok, kamu yang kerumah ku saja ya!" Kataku seakan mengiyakan ajakan temanku. Setelah pulang sekolah, aku pulang dan bergegas bersiap untuk keluar rumah bersama temanku, aku melihat raut wajah ibuku yang menunjukan bahwa ia takut aku terjebak pergaulan lagi, tapi aku tidak menghiraukannya. Aku segera pamit ke ibu dan menemui temanku.

Ketika aku keluar rumah, aku melihat 2 orang laki laki bersama temanku, aku bertanya "loh, kenapa ada laki lakinya?". Temanku menjawab "aku lupa bilang sama kamu fris, kita kali ini main bareng cowok". Aku yang selalu yakin kalau ini perbuatan yang tidak benar maka sosok berbaju putih itu akan datang menemuiku. Akupun melanjutkan perjalananku, sampai di tempat tujuan aku merasakan keganjalan, kenapa laki laki itu menatapku dengan tatapan tidak wajar, aku takut. Sebelum dia melakukan apa apa aku bergegas pulang dan aku segera memeluk ibu dan berjanji tidak akan main atau pergi keluar lagi tanpa izin ibu.


Hari hari berlalu, dan aku kesepian tanpa hadirnya sosok berbaju putih itu, aku selalu bertanya kemana dia pergi? Aku merindukannya. Ibu datang menghampiri ku, sambil berkata "De, kalau kamu sekolah diluaran seperti ini kamu tidak akan bisa berubah, meski kamu kuat menahan godaan, suatu saat kamu akan tetap tergoda, maukah kamu ibu sekolahkan di pesantren?". Aku terkejut, "hah? Ibu beneran mau sekolahin aku di pesantren? Bu, aku gak mau, aku ingin tetap bersama ibu" ucapku sambil termenung. "Nak, itu yang terbaik buat kamu"


Sosok berbaju putih itu pun datang kembali lalu berkata "ikuti mau ibumu, itu yang akan menyelamatkan masa depan mu" kemudian ia menghilang lagi. Belum sempat akau menanyakan dari mana dia? Dia sudah menghilang lagi.


Aku mengikuti kemauan ibu, aku belajar dipesantren. Ku kira pesantren itu menyeramkan, ketat, dan bahkan seperti tidak boleh berbicara sama sekali. Setelah aku jalani ternyata pesantren itu menyenangkan, dan bahkan jauh lebih menyejukkan hati dibanding sekolah luaran. Meski ini kali pertama aku pesantren aku berhasil menjadi lulusan terbaik di pesantren itu. Dan aku berhasil menjatuhkan air mata kebahagiaan lagi dari ibu. Aku senang.


Terimakasih tuhan, terimakasih ibu, terimakasih sosok berbaju putih dan terimakasih diriku.


calendar
01 Feb 2021 14:46
view
94
wisataliterasi
Unnamed Road, Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44161, Indonesia
idle liked
4 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig