oranment
play icon
Kata Ayah
Cerpen
Kutipan Cerpen Kata Ayah
Karya nadilaauliaaaa
Baca selengkapnya di Penakota.id

"Loh udah pagi? Tumben ibu ga bangunin aku?" Aku yang baru saja terbangun dari tidur, segera beranjak dari tempat tidur untuk mencari tahu dimana ibuku.

"Ibuuu, ibu dimana?!!" Teriakku dari lantai atas, tak ada satupun yang menjawab seruanku. Aku tiba-tiba teringat kamar adik, aku pun bergegas kesana. Sesampainya di depan pintu kamar adik aku melihat dari celah pintu yang terbuka, ternya ibu ada disini. Aku tidak berani masuk, aku hanya memperhatikan dan sedikit mendengarkan apa yang sedang ibu katakan pada adik.

"Nak, cepet sembuh ya.. ibu tidak ingin melihatmu terus terusan sakit. Ibu sayang banget sama kamu, setidaknya kamu tidak terlalu lama izin dari sekolah karena sakit, agar nilaimu tidak menurun." Sedikitnya itulah yang ibu katakan pada adik sambil mengusap kepala adik dan juga mencium keningnya. Aku hanya bisa memandanginya dan tanpa sadar air mataku menetes begitu saja. Tiba tiba ayah datang dan menepuk pundak ku, aku kaget lalu ayah menarik tangan ku agar ibu tidak melihatku.

"Sayang, kamu kenapa menangis?" Pertanyaan yang aku takuti itu keluar dari mulut ayah "Mmm, aku gapapa ko yah, aku hanya terharu melihat adik sakit, karena biasanya dia yang selalu buat aku kesal" kata ku. "Ayah harap kamu bisa mengerti" ucap ayah yang kemudian kembali meninggalkan ku sendiri lagi.

"Kaa, turun kebawah kita sarapan panggil ibu dan adik juga" teriak ayah dari lantai bawah. Aku pun memberanikan diri untuk mendekati ibu, "Bu ayah nyuruh aku panggil ibu dan adik untuk sarapan" kemudian ibu dan adik pergi ke bawah, dan melewatiku tanpa berucap sepatah kata pun. Lagi lagi tanpa sengaja aku meneteskan air mataku :)


Setelah duduk dimeja makan, aku melihat ibu terus memanjakan adik, menyuapinya bahkan memberinya perhatian lebih. Lagi lagi dan lagi aku tak kuasa menahan rasa cemburu, hingga akhirnya air mataku terus mengalir karena aku sudah tak kuasa membendung air mataku. Aku berlari menuju kamar sambil berusaha menghapus air mataku, sedari tadi ayah hanya memandangiku dan ibu mungkin sudah tidak lagi menganggap kehadiranku. Ku tutup pintu kamarku kemudian menangis tanpa suara dan mengambil diary ku, aku menuliskan semua yang ku rasakan beberapa hari belakangan ini. Tiba tiba ayah masuk ke kamarku dan berkata "Kalau ada ayah kenapa harus curhat ke diary, sayang" kata ayah seraya mengelus kepalaku, aku tak bisa berbuat apa-apa selain menangis, mulutku tiba tiba kaku. "Kamu cemburu sama apa yang ibu lakukan pada adik? Jangan pernah kamu berfikir bahwa ibu pilih kasih padamu dan adikmu. Ibu hanya sedikit memberi perhatian lebih pada adikmu karena ia sedang sakit. Ayah mengerti perasaanmu nak" kata ayah dengan lemah lembut. "Iya yah aku tau kok, tapi.." aku tiba-tiba menghentikan perkataanku pada ayah, aku hanya ingin memendamnya sendiri. "Tapi apa kak?"..

"mmm nggak kok yah, ayah pergi bekerja saja. Aku tidak apa-apa" ucapku lirih. "Baiklah sayang, ayah pamit ya..."


Hari hari harus ku lalui dengan rasa cemburu ku pada adik,,

suara adik menangis..

"Kamu kenapa sayang?" Ibu yang tiba tiba datang ke kamarku untuk mengecek suara adik yang nangis begitu keras.

"Bu, kakak memukulku" suara adik yang tiba-tiba mengadu begitu saja tanpa menceritakan dari awal kejadian.

"Dasar anak gatau diri, udah prestasinya rendah sekarang tiba tiba memukul adiknya begitu saja." Kata ibu sambil menuntun adik kemudian akan meninggalkan kamarku.

"Bu, dengerin aku dulu.." kataku sambil memegang kaki ibu, agar ia tidak pergi dari kamarku. belum sempat aku menjelaskan alasan ku memukul adik, ibu pun mengangkat kakinya untuk melepaskan tanganku yang memegang kakinya sambil berusaha menjelaskan tentang aku yang memukul adik. Tapi semuanya sia-sia.

"Apa lagi ini? Ribuan kali aku bersabar melihat ibu yang terus menunjukan perhatian berlebihnya itu pada adik tapi ini balasannya. Benar kata orang, Cinta Itu Buta. Saking cintanya ibu pada adik sehingga ia tidak melihat siapa yang salah disini, aku yang selalu tersisihkan. Ya aku tidak sepenuhnya menyalahkan ibu, ini juga salahku yang berprestasi rendah tidak seperti anak kesayangan ibuku itu." Dumel ku kepada diri sendiri.

"Kaka kenapa lagi? Kok akhir akhir ini nangis terus sih?" Lagi lagi ayah lah yang mampu menenangkan ku..

"Yah tadi kakak berantem sama adik sampai Kaka tanpa sengaja memukul nya, soalnya ia terus menarik rambut Kaka hingga Kaka teriak kesakitan. Teriakan Kaka hanya berlalu begitu saja ditelinga ibu, namun ketika adik menangis ibu bergegas ke kamar dan mengatakan bahwa Kaka adalah anak yang ga tau diri. Mungkin Kaka benar benar tidak penting lagi bagi ibu." Curhatku pada ayah.

"Sayang, dengerin ayah.. ibu berlaku seperti itu karena.."

"Karena apa yah? Ayah juga bingung kan? Atau jangan jangan ayah akan mengatakan kalau ibu kayak gitu karena aku bodoh? Aku tidak sepintar adik? Sudahlah ayah keluar dari kamarku! Ayah hanya membuatku tambah sedih saja! Aku hanya ingin sendiri." Kataku sambil menangis tak berhenti

"Tidak sayang, ayah tidak akan berkata seperti itu. Kalau menurutmu ibu berlaku seperti itu karena prestasimu kurang, maka kamu harus buktikan pada ibu bahwa kamu mampu melebihi prestasi yang adik miliki. Ayo sayang belajarlah dengan semangat, buktikan pada ibumu!" Kata ayah seraya menenangkan ku dalam pelukannya.

"Apa ayah membenciku seperti halnya ibu yang bahkan kini tak lagi memperhatikanku?" Tanyaku

"Tidak sayang, kamu itu bidadari ayah. Ayah tak akan seperti itu, ayah akan selalu ada untuk kamu, berjuanglah untuk mendapatkan cinta ibumu kembali, ayah percaya kamu pasti bisa!!" Kata ayah yang kemudian melepaskan pelukannya dariku dan mencium keningku, ayah pun pergi meninggalkan kamarku.

"Semangat ya-!" Kata ayah yang tersenyum kemudian menutup pintu kamarku


•••

Semenjak hari itu aku jadi semangat belajar, mengejar prestasiku, demi menggapai cinta dari kedua orang tuaku. Semangat dari ayah betul betul melekat di jiwaku, kasih sayang ayah tak akan pernah ku lupakan.


"Prestasi terbaik dari seluruh siswa di angkatan 34 jatuh kepada..."

Hari itu jantung ku berdebar begitu kencang, aku tak sanggup mendengar nama orang lain yang disebut. Bagiku, usahaku telah melampaui batas kemampuanku.

"Bismillah, apapun yang menjadi hasilnya setidaknya aku telah berusaha." Ucapku dalam hati seraya mengepalkan tanganku di dada.

"Fadya Auliandini" aku yang tanpa sadar langsung bersujud didepan semua orang. Aku bergegas ke panggung sambil mengambil piala dan menundukkan kepalaku untuk dipasangkan mendali oleh pimpinan sekolahku.

"Silahkan Ananda Fadya, untuk menyampaikan prakatanya.."

Aku pun langsung mengambil posisi dibelakang mik untuk berbicara didepan semua orang.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Allah.. hari ini Engkau menunjukan kuasa mu dihadapan semua orang. Hai, aku adalah orang bodoh yang baru kali ini mendapatkan sebuah penghargaan. Mungkin ini bukan suatu hal yang mewah Dimata kalian, tapi ini adalah suatu hal istimewa bagiku. Ini adalah bukti perjuangan ku dan bukti dorongan dari ayahku. Dan juga sebagai bukti bahwa aku bisa dan mampu meraih kasih sayang seorang ibu yang aku impikan dari dulu. Penyesalanku saat ini adalah hanya ayah yang hadir menyaksikan keberhasilan ku. Tapi memang hanya ayah yang pantas menyaksikan ini semua, karena beliau yang telah mendorongku dari titik 0 sampai 99% dari perjuanganku. Terimakasih ayah, terimakasih para guruku, dan terimakasih Allah.." ucapku yang sedang merasakan bahagia serta mengharukan itu.


"Yeayyy bidadari ayah berhasil !! Apa yang ayah bilang benarkan?" Kata ayah sambil memelukku.

"Iya yah, i love you. Makasih selalu ada buat kakak. Mwaaa" ucapku sambil mencium pipi ayah.


Sekarang ibu tak lagi mengacuhkan ku, ibu membagi kasih sayangnya sama rata antara aku dan adikku.


"Jangan pernah merendahkan seseorang, karena suatu hari ia mungkin akan melebihi kehebatan mu. Jangan pernah merendahkan diri sendiri, karena suatu hari kamu pasti bisa lebih dari apa yang orang lain pandang."


"Jangan mudah menyerah! Kita dikucilkan, bukan berarti kita sudah tidak punya tujuan. Orang lain merendahkan? Buktikan kita mampu!"


"Kasih sayang itu bukan untuk dibeli dengan uang, namun untuk diraih dengan cara terbaik."


Kalimat dari siapa itu? Dari siapa lagi kalau bukan ayahku.

Memang benar, seorang ayah adalah sosok laki laki terbaik bagi anak perempuannya.


- Salam cinta dari Fadya untuk Ayah terbaik sepanjang masa.

calendar
22 Feb 2021 10:12
view
45
idle liked
6 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig