"Rain, sampai kapan kamu akan terdiam seperti ini? Kita semua disini sangat ingin mendengar suara mu, bukan hanya ingin memperhatikan wajahmu saja." kata Lavina salah satu teman Raina yang selalu sabar menanti sampai Raina ingin berbicara.
Ya, Raina Alivia. Gadis yang sangat cantik asal Bandung ini menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada, karena mulutnya jarang terbuka, terkecuali saat makan saja. Entah apa yang terjadi tapi Raina sudah memiliki kebiasaan seperti itu. Ketika ditanya teman temannya Raina hanya sekedar mengangguk atau menggelengkan kepalanya hanya untuk memberi isyarat "iya atau tidak" pada pertanyaan temannya. Bahkan teman sekolahnya menjuluki dia sebagai "Ratu Bisu".
"Orang yang pandai itu, adalah orang yang mampu mengendalikan lidah dan menyaring omongannya. Biasanya ia akan menghindari berbicara yang tidak penting atau lebih sering diam saja" ujar guru agama yang sedang mengajar di kelasnya.
"Pantes Raina pinter, ambis, cerdas dan lainnya. Soalnya kan dia bisu jadi otaknya hanya bisa berfikir tentang pelajaran, tapi tidak berfikir akan kesenangan, hahaha" ceplos salah satu teman laki lakinya yang asal berbicara. Teman teman Raina ikut tertawa, sampai tawanya dihentikan oleh Bu guru.
Raina menatapnya dengan mata yang sedikit melotot kemudian kembali membelalakkan matanya. Hati Raina harus kembali menahan sakitnya bullying yang dilakukan teman temannya. Hari demi hari Raina lalui disekolah dengan hati lapang menerima bully dari teman temannya.
"Eh kalian pada penasaran gak sih kenapa si Raina itu jarang ngomong?, yaa bukan jarang lagi sih tapi emang ga pernah ngomong" tanya Lavina kepada teman temannya.
"iya nih, gimana kalau kita ikutin dia aja? Siapa tau kita dapet petunjuk atau jawaban kenapa si Raina jadi ratu bisu." ucap salah satu teman Lavina.
"ide yang baguss, yaudah ayo kita ikutin Raina. Keburu dia pergi."
Setelah diikuti teman temannya, ternyata Raina pergi ke pemakaman. Teman temannya kebingungan, siapa yang meninggal? emang ada ya keluarga Raina yang meninggal? pertanyaan itu terlontar dari mulut Lavina dan teman temannya sembari berbisik-bisik.
"Bundaaaa, Rain bener bener udah gak tahan dengan semuanya. Rain cuma mau jadi Rain yang duluu, yang ceria, banyak bicara tanpa harus diam membisu seperti ini. Rain gak suka dihina orang orang Bun" kata rain sambil memeluk batu nisan ibunya, dan meneteskan air matanya ke tanah kubur ibunya.
"Rainn, maafin kita ya.. kita gak tau kalau kamu seperti ini ada alasannya, tapi rain kenapa kamu berhenti bicara pasca ibumu meninggal?" kata Lavina di sertai dengan teman temannya yang memeluk Raina.
"Aku adalah penyebab ibuku meninggal, jadi dulu keluargaku baik baik saja. Setelah aku beranjak sedikit dewasa, aku selalu menjadi penyebab ibu dan ayahku bertengkar. Namun ibu selalu membelaku hingga akhirnya ayah merasa kesal dan tanpa sengaja ayah mendorong ibu hingga ibu tertabrak mobil truk." kata Raina sembari menghela nafas
"Kata terakhir dari ayah sebelum menghilang adalah 'jangan pernah harap akan ada yang mencintaimu dan jangan membuat orang lain sayang kepadamu, itu akan menyebabkan dia celaka, seperti ibumu' itu alasanku selalu berdiam diri, aku memang tidak ingin mencelakakan orang lagi." Sambung cerita Raina.
"Tapi bukan berarti kamu harus seperti ini rainn, kamu bisa berbagi cerita dengan kita. Tidak setiap kejadian buruk itu akan terulang, siapa tau dengan banyaknya orang yang sayang sama kamu malah akan membawa kebahagiaan bagimu atau bagi orang lain." Kata Lavina sambil memegang dan mengelus pundak Raina.
Sejak saat itu Raina kembali menjadi Raina yang ceria dan selalu terbuka atas semua masalah yang dihadapinya. Ternyata benar, tidak ada yang salah dalam cinta. Kalaupun cinta itu salah, bukan cintanya yang salah tapi caranya.