Barangkali syair-syair milik Qais tidak seutuhnya
ikut terkubur dengan jasadnya dan menjelma jadi
baris-baris yang aku tulis.
Pun barangkali pesona milik Layla tidak seutuhnya
ikut mati terkubur dalam makamnya dan menjelma
jadi pesona milik pria yang debu di sandalnya lebih
aku cintai daripada dunia dan seisinya.
Atau barangkali cinta Qais pada Layla tidak hanya
sekedar dongeng dan kita adalah sisa cintanya.
Kau dan aku seolah-olah bagai Layla dan Majnun
di abad dua puluh satu.
Aku Nailla dan aku Majnunnya.
Berharap dapat bercinta sebelum tiada.