Malam ini gadis itu mengundang air matanya
ke dalam kamar. Dengan itu, ia mencoba berbicara pada Tuhannya meski sadar sembahyangnya berlubang.
Begini bisiknya:
Tuhan, sabda-Mu adalah kebenaran.
Aku tidak ragu meski kadang tidak nurut.
Tuhan, izinkan aku untuk meminjam
tongkat milik Musa. Aku ingin membelah laut resah yang ada di kepala dan dada.
Lautnya dalam dan gelap.
Airnya tidak asin, melainkan pahit.
Atau Tuhan, biarkan aku merubah
tongkatnya menjadi ular.
Yang melilit sedih dan pedih,
yang memakan tangisan lirih.