Di ujung waktu yang utuh,
senyum-senyum terangkai indah di tangkai-tangkai mawar yang berduri..
Pada secercah cahaya,
mengenai lilin yang tersisa,
kucoba sekuat tenaga menyalakannya, menjaganya dari tiupan badai di luar rumah...
kututup pintunya, kuminta kau membantuku menjaganya
supaya terang rumah kita dengan cahaya, walau hanya dari sebatang lilin
Namun waktu membentukmu, mengubahmu
Dengan udara yang kian sesak di dalam rumah,
Pintu akhirnya kaubuka.
Hingga badai datang,
membunuh paksa satu-satunya cahaya..
Lilin itu, yang sepenuh hati kunyalakan,
yang setegar jiwa kupertahankan..
Untuk cahaya, tapi ternyata kau tak suka..
Pekat ini, lebih kausuka, ternyata..
Maka biar kunikmati sisa-sisanya,
luka...