Tak seperti biasa, balkon itu tak lagi sepi, racau, igau dan celoteh berkolaborasi menghasilkan nada-nada sumbang. Biarlah hanya rentang kabel listrik yang menjadi saksi di antara kita.
⠀
"Apakah salah jika memiliki mimpi yang idealis?" Jelas sekali raut wajah yang tergambar ketika ia melontarkan tanya, iya murung.
⠀
Aku berfikir lama, kuberi jeda sambil memandang ke arah awan yang mirip donat, ah aku lapar.
⠀
"Memangnya ada yang marah jika punya mimpi tinggi?" Akhirnya aku malah menjawab dengan tanya.
⠀
"Ada yang bilang mimpiku terlalu tinggi, dan aku salah jika terlalu berharap. Bahkan, untuk tes masuk kuliah saja aku gagal." Kesunyian meminta untuk kembali sekali lagi. Tapi, tak kuizinkan.
⠀
"Memangnya orang-orang sukses itu tak pernah gagal?" Aku tak memiliki jawaban selain tanya.
⠀
Tawa kembali menghiasi balkon itu, entah apa yang lucu. Mungkin ia menertawakan tingkah bodohnya, mendengarkan kelakar sumbang yang seharusnya tak perlu ia dengar.
⠀
"Aku ingin cepat tua." Tiba-tiba saja ia berkata.
⠀
"Mari kita menua bersama."
⠀
Terkadang masa depan yang belum tercapai terbayang begitu indah, dan tak jarang kita menginginkan masa lalu yang terlewatkan. Lalu lupa akan masa sekarang.
⠀
Maaf, terlalu singkat untuk disebut cerita, lain kali akan panjang.