Menyelami Surealisme di Novel 'Kamu'
Resensi
Kutipan Resensi Menyelami Surealisme di Novel 'Kamu'
Karya nnsnvprtw
Baca selengkapnya di Penakota.id

Cerita diawali dengan tokoh Aku yang sedang berada di kosan barunya. Si Aku sepertinya anak introvert, cukup pemalas, dan kelewat santai. Saat sedang leyeh-leyeh di kosan, si Aku tanpa sengaja teringat pada si Kamu saat melihat sendok makan. Si Kamu adalah teman SMA-nya yang banyak menghabiskan waktu dengannya. Kala itu, si Kamu susah payah mencari sendoknya yang tertukar dengan sendok abang bakso.


~


Sudah cukup aneh belum premisnya? Tunggu. Masih banyak yang lebih aneh. Pada bagian-bagian awal, yang disebut sebagai 'Hari Pertama', Aku dan Kamu mempunyai misi untuk mengantarkan sebuah benda rahasia untuk Kakek Su. Rumah Kakek Su berada di Gunung Mas. Namun, di tengah perjalanan, Aku dan Kamu terjebak kerusuhan monyet-monyet yang menginvasi kota Bogor. Akhirnya, Kamu mengajak Aku melewati jalan pintas untuk menuju rumah Kakek Su. Jalan pintas yang dimaksud adalah gorong-gorong yang ada di bawah air mancur--entah di mana--yang ada di kota Bogor. Gorong-gorong itu ternyata membawa mereka ke sisi lain dari kota Bogor. Menampakkan kota Bogor yang imajinatif dan surealis. Bahkan, ada pantai dan orang utan yang tinggal di dalamnya, yang salah satunya memakai kaos 'Save Human'.


 


~


 


Sabda Armandio Alif selalu seperti itu. Cerdas dan sarkas. Buku fiksi ini mungkin sepertinya lebih cocok menjadi buku self-help atau self-healing, karena banyak isinya tentang kritikan, opini tentang hidup, dan jawaban-jawaban filosofis. Sejak mengikuti sepak terjangnya melalui twitter, instagram, dan buku 24 Jam Bersama Gaspar, saya yakin Dio--panggilannya, adalah satu dari jutaan orang yang diciptakan dengan otak berbeda sehingga segala perspektif yang ia keluarkan pun berbeda. Berbeda di sini dalam konteks positif ya. Saya sangat menikmati membaca opini-opini Dio dalam menyikapi berbagai hal, mulai dari mi instan hingga tentang kematian.


 


Alur cerita di buku ini adalah flashback. Tokoh Aku yang bertugas memberi narasi atas apapun yang terjadi di sekelilingnya. Dio juga selalu memilih nama-nama eksentrik untuk karakternya. Selain si Aku, ada juga 'Kamu', lalu ada 'Permen'. Sisanya, tidak disebut nama, hanya menggunakan penyebutan peran, seperti 'mantan pacarku' dan 'teman perempuanku'.


 


Selain kritikan, Dio juga secara tersirat menunjukkan selera musik, buku, dan film yang gak recehan. Si Aku, misalnya, sibuk membaca buku Arthur Harahap dan mendengarkan The Doors, Elvis Presley, dan The Rolling Stones. Kakek Su ceritanya memutar Charlie Patton dari gramofonnya. Lalu, ada Kamu yang mendengarkan The Who, menyanyikan Def Leppard, memutar The Byrds dan mengoleksi kaset The Smashing Pumpkins. Terakhir, ada Permen yang menyukai Norah Jones dan Billie Holiday. Bahkan di beberapa bagian, Dio pun menulis lirik lagu-lagu dari beberapa band tersebut.


.


Buku ini lengkap, bagi saya. Saya bersyukur memutuskan membelinya saat usia saya 27, saat saya juga selalu bertanya tentang esensi hidup itu sendiri. Yang mengejutkan lagi, Dio ini ternyata pria yang berusia sama dengan saya, gak sangka, kirain sudah om-om 30 atau 40an, haha. Seluruh cerita di buku ini terkesan bualan, tapi pada judul awalnya pun sudah diberi peringatan: Cerita Yang Tidak Perlu Dipercaya.

18 Jul 2019 09:56
987
Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
4 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: