Judul Buku : Cinta Bisa Menipis Rasa Sayang Bisa Habis
Penulis : Puthut EA
Penerbit : Buku Mojok
Halaman : 247 Halaman
Tahun terbit : 2022
ISBN : 978-623-7284-74-1
Arsenal, klub bola favorit saya sedang dalam laju yang positif untuk memenangkan liga primer Inggris musim ini. Semalam, Leandro Trossard, kembali menjadi aktor utama kemenangan Gudang Peluru London lewat tiga assist yang masing-masing dituntaskan oleh Gabriel Magalhaes, Gabriel Martinelli, dan Martin Odegaard.
Arsenal boleh jadi sedang berada di atas awan, tetapi hal yang sebaliknya tengah dirasakan oleh adik saya. Tim favoritnya, Manchester United, kembali gagal meraih kemenangan. Setelah dilumat Liverpool 7-0, MU sempat bangkit dengan memberondong gawang Real Betis 4-1. Sayang, laga liga primer pasca lawatan ke Spanyol gagal memberi mereka tri poin. Setan Merah tertahan di peringkat tiga dan berjarak 16 poin dari Arsenal.
Sepakbola memang demikian, begitu dinamis, tak dapat sepenuhnya ditebak, penuh dengan sesuatu yang wolak-walik. Tidak akan ada kemenangan dan kemujuran mutlak di sepakbola, begitu pula dengan kemalangan dan kekalahan. Oleh sebab itu, sebaik-baiknya menikmati sepakbola adalah menikmati dinamikanya, baik itu kemenangan, kekalahan, drama, dan semua sisi dari sepakbola itu sendiri. Hanya dengan itu sepakbola akan terasa lebih membumi dan bersahaja, tidak hidup di awang-awang penggilanya semata.
Puthut EA berusaha memotret kesahajaan sepakbola itu dalam salah satu novel terbarunya, Cinta Bisa Menipis Rasa Sayang Bisa Habis. Novel yang diambil dari rangkaian Cerita Bersambungnya di Mojok.co itu tak hanya mengajarkan kita tentang sepakbola dan cara menikmatinya, tetapi juga tentang bagaimana berartinya sebuah dukungan dari orang-orang tercinta untuk bertahan meghadapi setiap masalah yang datang.
Novel ini bercerita tentang keseharian Mou, seorang pelatih sepakbola senior, dalam melatih dan mendampingi tim sepakbola Romajaya yang bermarkas di kota Yogyaraya. Mou bukanlah pelatih sembarangan, ia sudah malang melintang di berbagai liga top dunia dan menggondol beragam trofi bergengsi, sayangnya Mou sendiri tengah mengalami penurunan karir. Panggilan "The Special One" mulai hilang dari dirinya.
Klub yang dia latih, Romajaya, juga bukan klub yang ecek-ecek. Klub ini boleh dibilang klub besar meski sedang tertatih. Yang tidak hilang dari klub ini adalah loyalitas dari supporternya, termasuk sang eks-kapten Frans Toti. Berkali-kali Toti dan supporter Romajaya mendukung Mou dalam banyak situasi sulit. Oleh sebab itu meski tak selalu berbalut kemenangan, tim ini senantiasa memberi makna kepada para pecintanya.
Ada sebuah keunikan yang menurut saya sangat khas Puthut di Novel ini. Puthut hampir selalu menggunakan nama-nama orang asli untuk tokohnya. Jika kita adalah orang yang mengikuti segenap aktivitas Puthut baik di media sosialnya, media yang dia kelola, sampai di cerpen dan novelnya yang lain, nama-nama tokoh dalam ceritanya hampir semuanya adalah orang asli. Hanya saja penokohannya yang dibuat berbeda-beda. Nama-nama seperti Mou, Toti, dan Romajaya, juga sangat asli, meski untuk yang ini tentu sudah diplesetkan.
Bagian terbaik bisa jadi akan sangat subyektif, namun saya merasakan bagian terbaik dari novel ini adalah bagian Epilognya. Ya, email panjang yang dikirimkan oleh Mou kepada istrinya adalah bagian yang paling manis dan indah. Bukan sebuah ending yang membahagiakan, tetapi akhir seperti ini termasuk yang saya suka. Kesadaran akan batas, pengakuan dan ucapan terima kasih yang diberikan atas dukungan tulus dari istrinya, serta semangat untuk terus melakukan kerja yang terasa telah membosankan memberikan semacam oase batin pada kita yang memiliki emosi tak stabil, penuh ekspektasi, hobi membandingkan, dan cemas menghadapi hari-hari mendatang.
Jika ada satu bagian yang menurut saya adalah kekurangan buku ini, mungkin itu adalah alur ceritnaya. Ya, ceritanya berjalan sangat lambat, aktivitas di dalam lapangan juga kurang diekspose secara mendalam. Tetapi saya masih bisa memaklumi dan menikmati tiap-tiap lembarnya tanpa masalah yang berarti. Saya memahami novel ini bukanlah film Goal! atau manga semacam Captain Tsubasa dan Blue Lock. Novel ini juga bukan manga Giant Killer walau sama-sama membawa kisah tentang pelatih dalam melatih klubnya.
Akhir kata, saya berharap novel seperti ini akan semakin banyak kedepannya. Siapa tahu ada yang ingin mengangkat cerita Arteta dan tim Gudang Peluru yang ditukanginya.