Kutipan Puisi
Cerita Fiktif Tentang Penyair Tua yang Putus Asa
Karya
pensilfariz
Baca selengkapnya di
Penakota.id
—untuk Pablo Neruda
Di depan rumahnya
langit begitu berserah,
pada balik jendela kamar
kau memerhatikan seseorang
yang menantimu
kuyup di halaman.
Setelah waktu berselang, yang menjauh hanya kota. Ingatan kita tetap. Layaknya udara, kata-kata akan merawat yang kita percayai.
Bisa kautuangkan lagi secangkir rindu padaku?
Sungguhlah kuingin mabuk sampai tak tersadar lagi.
Sementara itu jika di antara puluhan kata-kata ini hanya sebatas kau dan aku; maka memang benar sudah tak ada—kita sebagai nyawa.
Lalu seorang laki-laki tua menudungi lukanya sendiri.
Sayap kanannya dipatahkan puisi-puisi sedih.
Sedangkan kita
Enteng berkata: habislah ia digerogoti sepi!
Surabaya, 2017
Unduh teks untuk IG story