Kotakota kita saling terhubung: melintasi jalan raya, rel kereta, jalur laut dan udara
atau batiniah orangorang yang terpaksa berpisah.
Lalu cinta serupa jembatan lapang. Sayup-sayup suara burung hitam, terdengar. Detik seakan melamban seluruhnya bernuansa kesedihan. Bahkan daun mangga bisa berbau kamboja.
Cuaca buruk telah mengubah hatimu. Sedangkan langit menjelma sesuatu: dengan meninggalkan mendung pada kesedihanmu.
Alangkah hujan ini ada di tubuh subuh. Saat dingin kian cinta dengan gigilmu. Bila kau tak payung, tak kaus, tak gubuk. Jadilah apa pun yang membelai waktu.
Hari kedua di bulan April ini
denyut jantung kita serasa berdebar, lebih kencang dari bunyi dentuman. Lebih sakral dari purnama dan perpisahan.
Kemudian aku memimpikanmu duduk di teras rumah, memandangi senja, hingga rinduku singgah
sebagai angin, menemuimu dengan segala ingin.
Ini adalah jarak: katamu
Letak kerinduan mencipta lubang.
sedangkan waktu adalah miang:
timbul menyiksa diri sebelum pertemuan
Surabaya, 2020