Daun terakhir dari dahan tua itu akhirnya jatuh
Bersamaan dengan tetes embun basah yang tak terbasuh
Dari balik pohon itu terdapat cerita lama yang masih belum usang dan lusuh
Tentang sebuah tarian kehidupan yang tak pernah usai sedang keluh
Dahulu pernah ada, sepasang merpati yang lebih mengenal angkasa dari siapapun.
Mengudara luas seirama langit dan angin
Menggapai pucuk dan puncak dengan tarian serta kepakan sayap yang begitu anggun
Tak ingin terbang jika salah satunya sedang sakit atau terluka, seperti tak terpisahkan
Mereka Sepasang merpati yang selalu terbang dan kadang lupa akan pulang
Terbiasa berpetualang tak kenal lekang
Tapi mereka lupa bahwa mereka adalah sepasang merpati dan bukan sepasang sayap
Mereka tak bisa yang terus mengepakkan harapan-harapan, tak bisa yang terus saling mengimbangi, tak bisa terus saling mendekap dengan sayap kala tak digunakan untuk terbang.
Dan pada akhirnya salah satu dari mereka akan pulang karena tak sanggup lagi tuk terbang
Namun salah satunya lagi terus terbang hingga lupa pasangannya telah berhenti mengikuti
Merpati yang malang bersedih hati, mengurung diri, mengutuk diri dan menyalahkan diri sendiri
Semenjak itu ia tak tahu lagi, dimana dan ke langit mana pasangannya itu berada
Meski ia lebih tahu angkasa dari siapapun namun ia sadar bahwa lapisan langit tak hanya dua
Meski ia pandai terbang sekalipun namun kini ia hanya merpati tanpa arah dan petunjuk
Ia hanya dipenuhi oleh bingung dan gelisah yang mengutuk
Setelah itu ia tak mau lagi mengarungi luas angkasa dengan perspektif langit
Karna semakin jauh terbang ia hanya bergelut dengan sepi tak bertuan yang sengit
Hanya memaksa raga kosong tanpa jiwa bertualang hingga ajal menjemput
Dan pohon tua itu tadi pun tumbang, bersamaan dengan akhir cerita perjalanan sepasang merpati yang ternyata bukan sepasang sayap
Kini mereka terlelap bersama sunyi dan pekat dalam gelap
Bandung, 29-Mei-21