Waktu yang berdetak tak mengantuk
Tak bisa mengutuk banyak bentuk
Angin dan angan berlalu lalang
Bagai belalang bersayap belang-belang
Mengusik kepala juga jiwa tak tenang
Ahh... akhirnya malam tiba
Akhirnya aku berani tuk terbuka
Berani menelanjangi kata-kata
Yang sejak tadi begitu menggoda
Lunglai dengan tubuh seksi penuh makna
Ahh... Kata-kata hanya terdiam
Tak berdaya menutupi bagian ranum
Dan semerbak wangi harum
Yang sejak tadi ingin sekali kucium
Ahh... seketika itu puisiku konak
Kata-kata tak mampu menolak
Nafsu menggebu memaksa masuk
Resah dan peluh jadi desah
Bersaut-sautan ah, uh, ahhh
Semakin lama puisiku semakin berani
ahh... kini kata-kata mengimbangi
saling menikmati
Seru saut kembali panjang namun lirih
Aahhh...uuhhh...aaahhhh....
Mengerang lemas keduanya pasrah
Aahhh...uuhhh...aaahhhh....
Waktu yang berdetak tak mengantuk
Tak bisa mengutuk banyak bentuk
Angin dan angan berlalu lalang
Dan tragedi itu terus saja berulang
Ketika puisiku temui kata-kata
Dengan tubuhnya yang selalu saja menggoda
Lalu kini kata-kata sudah banyak beranak pinak
Melahirkan anak-anak puisi
30 Juli 2020