WAKTU
Cerpen
Kutipan Cerpen WAKTU
Karya penyairamatirjp
Baca selengkapnya di Penakota.id
Marina dan anaknya memang tak bisa begitu saja saya lupakan. Meski hanya bertemu sebentar, keduanya membekas di ingatan.

Lalu saya menyimpulkan, setelah pergulatan batin berminggu-minggu, jika saya menyukai Marina. Entah karena bermotif iba atau motif lainnya. Marina yang waktu itu kutemui di terminal AB menyita ruang yang banyak dalam kepala.

Di ruang tunggu terminal itu, saya harus meredakan penat yang lumayan serius. Sehari semalam di dalam bus membuat tulang-belulang hendak ambrol. Saking penatnya, saya baru menyadari ketika membuka mata sesosok perempuan tengah memangku anak kecil berada di sebelah kanan saya.

Saya menyapanya. Ia membalas beberapa pertanyaan basa-basi yang saya lancarkan. Ketika tiba pertanyaan, tujuannya ke mana, perempuan itu nampak bingung.

"Maaf. Tidak harus dijawab kok" ujar saya sembari mengalihkan ke topik lain. Sementara, rasa penasaranku mulai tumbuh.

"Tiap hari Minggu saya dan anak saya selalu ke sini. Menjemput seseorang yang sangat berarti bagi kami berdua. " suaranya datar. Ia mengusap rambut perempuan kecil di pangkuannya.

Sebelum saya bertanya lagi, Marina menambahkan.

"Suamiku bilang jika ia akan pulang di hari Minggu. Sudah lima tahun lebih saya menunggunya di hari dan tempat yang sama." suaranya masih sama intonasinya. Datar. Lalu menatapku. Ia tersenyum.

Saya pernah melihat kisah serupa dalam sebuah film India. Seorang istri yang menunggu kepulangan suaminya. Kendati si suami sudah meninggal. Namun, melihat langsung bagaimana kedua perempuan beda usia di sebelahku ini yang mengalami hal sama dengan adegan film, hati saya terenyuh. Hendak bertanya lebih jauh juga dihadang banyak pertimbangan.

Karena tuntutan pekerjaan, saya mengakhiri perbincangan dengan hati tak karuan. Masdori, kawan lamaku telah tiba. Ia ditugasi menjemput saya oleh kantor cabang kota AB.

Perbincangan sebentar itulah yang terus menerus berputar di kepala. Hingga sepuluh hari lamanya dihajar rutinitas kantor, saya bisa kembali ke tempat duduk yang sama. Tempat di mana saya berjumpa dengan Marina. Saya tahu itu bukan hari Marina menunggu kepulangan suaminya. Tapi saya menyempatkan diri menatap bayangannya yang kian nyata.

"Ayah kok melamun?"

Saya terlonjak. Wilda, menepuk punggungku. Ia menampakkan ketidaksukaannya. Wilda memang pembenci siapapun yang melamun. Baginya, melamun adalah pekerjaan pemalas.

Saya tersenyum menyambutnya. Tentu saja hal bodoh menceritakan perihal Marina kepadanya. Biarlah ini menjadi soal waktu. Waktu yang akan menjawab semuanya.
---
Menikmati asap knalpot
7/03/18
06 Mar 2018 17:51
124
Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: