Hadiah Istimewa
Cerpen
Kutipan Cerpen Hadiah Istimewa
Karya pikadita
Baca selengkapnya di Penakota.id

Seorang lelaki duduk bersandar pada sebuah kursi di peron nomor tiga stasiun Gambir. Tas hitamnya tergeletak di kursi sebelah. Dari kejauhan, commuterline tujuan Bogor mulai terlihat seperti titik. Arik--nama lelaki itu--menarik napas dalam dan memejamkan mata. Desingan suara kereta perlahan semakin jelas di telinga. Commuterline tujuan Bogor melaluinya. Ia kembali membuka mata.

Tiba-tiba, seorang kakek tua renta sudah berdiri di hadapannya.



"Boleh saya duduk di sini?" tanya kakek itu sambil menunjuk kursi kosong tempat tasnya berada.



"Oh ya silahkan," jawab Arik seraya memindahkan tas ke pangkuannya.

Walau sempat tertatih, akhirnya kakek itu berhasil duduk dengan bantuannya.



"Kakek mau ke mana?" tanya Arik.



"Nggak kemana-mana. Di sini saja," ungkap kakek sambil menatap semburat keemasan yang menjadi latar belakang puncak Monas.



Kening Arik berkerut, heran mendengar jawaban kakek. "Maksud saya, Kakek mau naik kereta kemana? Yang di jalur tiga ini kereta Argolawu tujuan Solo. Kalau saya mau ke Jogja, keretanya datang setengah jam lagi setelah kereta Argolawu ini. Kalau Kakek tidak keberatan, saya mau lihat tiketnya, nanti saya bantu naik ke kereta."



Kakek itu tersenyum mendengar penjelasan Arik. Belum habis senyumnya, tak lama kemudian ia pun tergelak. "Saya nggak punya tiket, nggak mau kemana-mana."



Arik menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Bagaimana bisa kakek ini bisa masuk hingga ke peron kalau tidak punya tiket.



"Begini anak muda, aku hanya ingin memperingatkanmu," ujar sang Kakek dengan wajah yang langsung berubah serius.



Kini Arik memperhatikan sang Kakek dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sandal yang digunakan kakek itu sudah sangat tipis, pakaiannya kumal. Hanya saja jaket yang ia kenakan terlihat agak terawat.



"Aku tahu kamu sedang ada masalah dengan istrimu. Jangan tinggalkan dia seperti itu. Apalagi kamu pergi demi wanita itu," celetuk sang Kakek.

~

Apa? Dia tahu? Bagaimana bisa?

~

"Perempuan itu memang sulit dipahami. Di situlah letak keunikannya." Sang Kakek mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kereta menuju Solo siap diberangkatkan.



"Hei, ngomong-ngomong ... kamu tertarik dengan jaketku ini ya? Dari tadi diliatin terus," ucap Kakek bangga.



"Ehm ... bukan seperti itu," tukas Arik. "Tapi ... ya memang jaket yang Kakek pakai itu bagus."



Sang kakek membenarkan duduknya lalu berkata, "Ini hadiah ulang tahun dari istriku. Hadiah ulang tahunku yang ke dua puluh sembilan." Kakek terdiam agak lama. Begitupun Arik. Lelaki itu kemudian melirik tanggal di smartwatch-nya. Kebetulan sekali, ini adalah hari lahirnya, ke 29.



"Satu lagi," kata Kakek. "Aku ingin berterima kasih padamu. Tanpamu, jaket ini tak akan pernah kumiliki."

~

Arik terhenyak.

~

"Pulanglah Arik. Istrimu sedang menunggu. Lupakan wanita itu," tegas Kakek.



Sebuah pengumuman terdengar dari tempat mereka duduk. Kereta Taksaka tujuan Yogyakarya sebentar lagi memasuki jalur tiga. Sebagian besar penumpangnya sudah siap-siap merapikan barang-barangnya. Arik masih terdiam. Tiba-tiba ia seperti hilang akal, entah akan berbuat apa.



"Pulanglah," ucap Kakek lagi.

Dengan segenap tenaga yang ia miliki, Arik berlari menuruni anak tangga, lalu ia berlari keluar stasiun dan langsung menaiki taksi yang berhenti di hadapannya.

***



Mira--istri Arik--menatap nanar sebuah kotak yang sudah terbungkus rapi di meja. "Andai kamu nggak pergi meninggalkanku, kamu pasti akan menyukai jaket ini, Rik. Hadiah ulang tahunmu."

21 Feb 2019 18:45
333
Ciomas, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: