Alasan Lain Kau Tersenyum
Kutipan Cerpen Alasan Lain Kau Tersenyum
Karya pojokmichaelmusthafa
Baca selengkapnya di Penakota.id

Sungguh, Nur, aku sudah menepati janjiku untuk tak akan pernah mengabaikan senyummu. Kapan kau melihatku mengalihkan pandangan kala bibirmu mulai melengkung? Kapan pula kau mendapatiku ingat untuk berkedip saat kau tersenyum dalam durasi yang lama?


Sekali-kali kau harus sadar akan makna apa yang tersirat dalam tatapanku. Bukankah perlakuanku selama ini belum juga membuatmu curiga? Kau tahu kita sudah setengah tahun berteman dan kau tentu tahu pula bahwa sejarah dunia tak pernah menceritakan bahwa laki-laki dan perempuan bisa bersahabat. Di tengah-tengahnya pasti akan ada cinta yang muncul untuk menarik agar selalu berdempetan. Ia akan menjelma menjadi kecemburuan saat mulai merasa kurang diperhatikan. 


Apa selama ini perhatianku tidak cukup menggetarkan hatimu? Apakah matamu tak kunjung tersangkut oleh kail-ku? Terus-terang teman-temanku sering menanyaiku apakah kamu sudah masuk dalam perangkapku. Dengan muka lesu, mereka sudah mengerti dan menebak-nebak mengapa aku tidak menjawab pertanyaan mereka. Belum ada kepastian.


Salah satu dari mereka menyarankan, “Katakan saja padanya bahwa kau mencintainya. Dia akan segera mengerti.” Tetapi, aku enggan menurutinya. Jangan kau kira aku aku takut melakukannya. Itu tidak benar. Sama sekali tidak benar. Kau tahu sendiri bahwa ungkapan cinta dengan ukiran kata-kata hanyalah sepele. Jauh sangat sepele ketimbang ketekunanku mengintai keadaanmu, memastikan kebahagiaanmu, dan menahan agar tidak mengganggumu selama berbulan-bulan lamanya, bukan?


Aku tidak mau sombong dengan memamerkan apa saja yang telah kulakukan. Tetapi, semua itu sangat tidak layak untuk tidak diperhitungkan. Bukan hal mudah memelihara ketekukan. 


Kau mungkin bertanya-tanya energi apakah gerangan yang telah mengaliri urat nadiku dan mengencangkan otot-ototku. Sederhana, energi itu adalah kau. Kaulah yang selama ini tak henti-henti mengaliri-ku tenaga dengan deras lewat senyummu. Sebab itulah aku tak pernah memintamu menghentikannya. Bahkan kalau bisa, durasinya diperpanjang.


Namun, sesuatu yang mengagetkan adalah kenapa akhir-akhir ini kau mulai jarang tersenyum? Apa kau sudah lelah? Atau apakah hanya karena aku yang memintanya sehingga kau melakukannya? 


Kuperhatikan bibirmu mengusut. Tidak ada lagi yang terukir di wajahmu selain murung. Dunia di sekitarmu seolah tak ada harganya lagi. Entah apa yang ada di pikiranmu, kau tampak sedang kehilangan sesuatu. Sesuatu apa?


"Kau ini cerewet." Katamu. "Aku hanya ingin tahu." Tanggapku dengan mengisyaratkan bahwa justru kaulah yang membuatku makin cerewet. Lama-lama kalau kau tak kunjung bercerita, aku bisa jadi lebih parah. 


Lalu, kau merogoh tas sandangmu dan mencari-cari sesuatu di dalamnya. Sebuah foto pria bertampang menawan dan berbadan kekar diapit oleh dua jarimu. Foto siapa itu? Gumamku. Aku terkejut sekali, sementara kau fokus menyirami foto itu dengan pandangan mata yang sejuk. Dus, senyum manis menyertai. 


Sebentar, siapa pemilik wajah di foto yang kau pegang itu? Apa maksudmu memadangnya Lekat-lekat sembari tersenyum? Entah kenapa aku menjadi terganggu dengan kehadiran foto itu dihadapanmu. Ada rasa gelisah dan khawatir, jangan-jangan itu mengungkap sesuatu yang kedengarannya tidak akan baik. 


Tolong beri aku kesempatan kali ini saja untuk curiga, untuk berprasangka buruk. Penampakan ini memulai membuatku putus asa. Apa kau sedang tertarik pada seseorang? Apakah seseorang telah membuatmu senang? Cintai siapapun yang kau anggap bisa membahagiakanmu. Tapi jangan sampai "siapapun" tersebut bukanlah aku. Karena itu memberatkan. 


Mulai saat ini, rasanya aku harus mulai berkemas. Pemuda yang ada di foto itu sebentar lagi akan menyingkirkanku dari sisimu. Entah kapan itu waktunya. Intinya, peristiwa itu kemungkinan besar terjadi. 


Tidak, itu tak boleh terjadi. Pikiranku tak boleh demikian. Perasaanku tak sekerdil itu. Harga diriku tak serendah itu. Jangan berpikir aku akan berhenti memperjuangkanmu. Sekuat apapun. Aku kuat menghadapi apapun. Hanya dihadapanmu dan Tuhan saja, aku lemah. 


03 Mar 2019 10:35
129
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: