

Desember, dua ribu dua lima
Mungkin ini adalah bagian akhir dari semuanya. Setelah sekian purnama aku mengudara, kini aku pun menepi tepat di tempat yang sama. Betapa bodohnya diri ini, bahkan untuk mengutarakan rasa pun tak bisa. Namun sekarang beginilah adanya. Semua sudah terlambat dan waktu tak bisa dibeli oleh harta. Yang tersisa hanyalah penyesalan, duka, dan luka yang akan terus menghantui untuk waktu yang lama.
Harusnya dari dulu aku menerima fakta bahwa sejak awal, tak ada kata 'kita', cuma ada aku dan dirimu yang dipertemukan oleh semesta hanya untuk sementara, bukan untuk selamanya.
Dan akhirnya, cerita ini pun mereda dalam lara. Aku sangat berterima kasih pada semesta karena sempat mempertemukanku dengannya di waktuku yang fana, meski pada akhirnya kami hanyalah dua jiwa yang sempat saling singgah tanpa takdir untuk bersama.

