Memainkan Aku Jangan Sembarangan: waktu
Oleh:Pudji Rahayu Ningsih
Aku Sonta, adalah jam dinding yang muram didepan matanya, dia yang sibuk memainkan ponsel sambil menunggu waktu pacaran tiba, pacaran tak dapat dimulai sebelum laki-laki yang terbiasa memainkan waktunya datang menjemput dan lunas membayar waktu tunggunya, sebab baginya kekasih lebih utama dibanding waktu yang sedari tadi bergulir meninggalkan, malam mingguan hampir habis namun dia masih duduk gelisah di kamar sambil sesekali melirikku sinis.
“Sialan! udah jam 8 aja” gumamnya membuatku makin muram.
“Mikir gak sih, lu harusnya marah sama pacar! kenapa jadi gue yang salah", aku memaki sambil tetap memainkan detik waktu. Maaf bahasaku yang sedikit kasar akibat seringnya menyaksikan dia bertengkar dengan kekasihnya yang suka telat.
You say you love me
I say you crazy
We nothing more than friends
Lagu Anne Marie feat Marshmellow melaju didalam HP nya yang mahal, yang ia beli dengan menggadai waktu tidurnya disalah satu perusahaan swasta.
Hatinya akan kembali baik-baik saja bahkan kegirangan selalu setiap sang pacar berhasil menyudahi keterlambatannya, memang waktu tak dapat diatur sesuka hati. Seperti biasa obrolan pertama mereka adalah saling memberi dan menerima kata ‘maaf’ dan anehnya selalu saja lancar. Setelah itu mereka memulai pacaran, menikmati pemandangan metropolitan sambil makan malam di cafe kecil-kecilan, diantara pengunjung yang datang sibuk menghabiskan waktu untuk pacaran, diperkirakan jumlahnya mencapai 95% sisanya datang sendirian membawa buku berpacar waktu.
Waktu malam minggu benar-benar hampir habis, dia semakin gugup mengawasi aku yang tak pernah sedikitpun memperlambat pergerakan. Dia juga kesal akan aku yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi, bahkan ketika sedang mandi dan telanjang badan. Aku juga bingung, mana kutahu soal itu.
“kamu gak ngantuk beb?”
“nggak” jawab perempuan itu sambil memainkan Ekspresso yang sudah dilahap 3/4 nya.
“udah malem beb, kamu perlu istirahat aku juga, balik sekarang mau?”
“terserah aja”
Malam minggu yang selalu terasa sangat singkat, padahal aku selalu baik-baik saja disetiap hari. Memainkan diriku 24 jam per hari, tak ada beda dengan malam minggu kali ini namun seringkali aku jadi kambing hitam perasaan jatuh hatinya yang merasa kurang waktu untuk pacaran.
Dan akhirnya waktu pacaran kali ini habis, diakhiri dengan melepas tangan satu sama lain dari genggaman yang erat dan berat untuk dilepas. Lambaian tangan sudah sampai ujung pandang.
***
Hari ini aku sudah mencapai pukul delapan pagi, dia sudah cantik siap memainkan aku dengan rutunitasnya di kantor. Setumpu berkas siap dimasukan kedalam komputer agar waktu tak membuatnya hilang. Jika aku lihat dengan seksama wanita itu sudah ahli memainkan jarinya diatas keyboard dimeja kerjanya, sambil sesekali selingkuh dengan keyboard dilayar handphonenya yang ia kirimkan sebagai kabar pada kekasih yang amat disayanginya.
“aku lembur beb” balasan dari sang kekasih setelah menunggu sekitar 21 menit.
Ia menarik napas dan mengeluarkan segala jenis kekecewaan, waktu menjemputnya pulang. Dan ia sekarang sudah berganti pakaian tidur siap memainkan waktu esok hari. Namun tiba-tiba ditengah malam bolong ia menyebut namaku lima tahun yang lalu, ia bilang sambil tersedu begini:
“kangen”
Haruskah aku memainkan diriku lima tahun lalu?, namun kau bergumam lagi menyebut nama seseorang laki-laki. Maka aku putuskan untuk tetap melaju dengan alasan kau tak cukup pandai untuk setia pada lelakimu apalagi bersetia padaku, pikirku. Yaaaa...., walaupun lelakimu yang kini suka mempermainkanku dan membuangku sembarangan namun bagiku kesetiaan adalah utama.